SEMOGA KEBERUNTUNGAN SELALU BERSAMAMU..
.

Sabtu, 22 Maret 2014

KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PEMBALAJARAN

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
1.      Pengertian dan Tujuan
Keterampilan membuka pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam memulai kegiatan pembelajaran, sedangkan kegiatan menutup pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam mengakhiri pelajaran. Kegiatan membuka dan menutup pelajaran dapat terjadi beberapa kali selama kegiatan pembelajaran berlangsung, yaitu pada awal dan akhir setiap penggal pelajaran. Keterampilan membuka pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan siswa untuk memasuki inti kegiatan, sedangkan kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan untuk memantapkan atau menindaklanjuti topik yang telah dibahas. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan administrasi dan pengelolaan seperti mengisi daftar hadir, menyiapkan alat-alat pelajaran atau memeriksa ketersediaan buku-buku pelajaran, tidak termasuk dalam kegiatan membuka dan menutup pelajaran. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung dengan pembahasan materi pelajaran.
Tujuan dari keterampilan membuka pelajaran yaitu :
a.    Menyiapkan mental siswa untuk memasuki kegiatan inti pelajaran;
b.   Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran;
c.    Memberikan gambaran yang jelas tentang batas-batas tugas yang harus dikerjakan siswa;
d.   Menyadarkan siswa akan hubungan antara pengalaman/bahan yang sudah dimiliki/diketahui dengan yang akan dipelajari;
e.    Memberikan gambaran tentang pendekatan atau kegiatan yang akan diterapkan atau dilaksanakan dalam kegiatan belajar.
Tujuan dari keterampilan menutup pelajaran yaitu :
a.    Memantapkan pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung;
b.    Mengetahui keberhasilan siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran yang telah dijalani;
c.    Memberikan tindak lanjut untuk mengembangkan kemampuan yang baru saja dikuasai.

2.      Komponen Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
a.       Membuka pelajaran
·      Menarik perhatian siswa
-          Memvariasikan gaya mengajar guru
-   Menggunakan alat-alat bantu mengajar yang dapat menarik perhatian siswa
-          Penggunaan pola interaksi yang bervariasi
·      Menimbulkan motivasi
Cara menimnulkan motivasi antara lain :
-          Sikap hangat dan antusias yang ditunjukkan guru
-          Menimbulkan rasa ingin tahu
-          Mengemukakan ide yang bertentangan
-          Memperhatikan minat siswa
·      Memberi acuan
Acuan dapat diberikan dengan berbagai cara, yaitu :
-          Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
-          Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
-          Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
-          Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
·      Membuat kaitan
-   Meninjau kembali pemahaman siswa tentang aspek-aspek yang telah diketahui dari materi baru yang akan dijelaskan;
-   Memberi kaitan materi baru dengan materi yang sudah diketahui siswa / apabila konsep yang akan dijelaskan sama sekali baru maka garis besar konsep ini dijelaskan terlebih dahulu.
b.      Menutup pelajaran
·      Meninjau kembali (review)
Dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
-          Merangkum inti pelajaran
-          Membuat ringkasan
·      Menilai (mengevaluasi)
Penilaian dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut.
-   Tanya-jawab secara lisan, yang dilakukan guru kepada siswa secara perorangan, kelompok atau klasikal;
-   Mendemonstrasikan keterampilan;
-   Mengaplikasikan ide baru;
-   Menyatakan pendapat tentang masalah yang dibahas;
-   Memberikan soal-soal tertulis yang dikerjakan oleh siswa secara tertulis pula.
·      Memberi tindak lanjut
-   Tugas-tugas yang dapat dikerjakan secara individual, seperti pekerjaan rumah (PR);
-   Tugas kelompok untuk merancang sesuatu atau memecahkan masalah berdasarkan konsep yang baru dipelajari.

3.      Prinsip-prinsip Penggunaan
a.  Bermakna
Artinya relevan dengan materi yang akan dibahas dan sesuai dengan karakteristik siswa sehingga mampu mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Berurutan dan berkesinambungan
Guru hendaknya berusaha membuat susunan kegiatan yang tepat, yang sesuai dengan minat, pengalaman, dan kemampuan siswa, serta jelas kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya.

B.  Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
1.      Rasional
Untuk menguasai keterampilan bermusyawarah atau berdiskusi diperlukan latihan secara sistematis karena keterampilan ini tidak dibawa sejak lahir. Oleh karena itu, guru diharapkan  memberikan kesempatan kepada para siswanya untuk berlatih menguasai keterampilan ini dengan keterlibatan langsung dalam berbagai diskusi kelompok. Pentingnya diskusi kelompok di kelas berkaitan dengan pendekatan CBSA yang menuntut keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, dominasi guru di dalam kelas haruslah dikurangi sehingga tersedia kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi kelompok.
Alasan lain sehingga beberapa tujuan pendidikan yang jauh lebih efektif dapat tercapai jika dilakukan melalui diskusi kelompok. Tujuan-tujuan tersebut adalah tujuan-tujuan dalam ranah keterampilan serta nilai dan sikap. Misalnya, keterampilan berbicara, mengungkapkan pendapat, keterampilan berbahasa, sopan santun dalam mengajukan perbedaan pendapat, serta keterampilan berinteraksi sosial, akan jauh lebih efektif pencapaiannya jika dilakukan melalui diskusi kelompok.

2.      Pengertian
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar bisa disebut sebagai diskusi kelompok kecil, yaitu:
a.    Melibatkan kelompok, yang anggoatanya berkisar antara 3-9 orang;
b.    Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal, artinya semua anggota kelompok berkesempatan saling meliat, mendengar, serta berkomunikasi secara bebas dan langsung;
c.    Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama untuk mencapainya;
d.   Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju kepada tercapainya tujuan kelompok.
Setiap diskusi kelompok kecil harus mempunyai tujuan yang jelas yang ingin dicapai oleh kelompok, diskusi berlangsung secara sistematis, dan setiap siswa yang menjadi anggota kelompok mendapat kesempatan untuk bertatap muka dan mengemukakan pendapat secara bebas dengan tidak mengabaikan aturan-aturan diskusi.

3.      Komponen Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Ada enam komponen yang perlu dikuasai guru agar dapat membimbing diskusi kelompok secara efektif, yaitu :
a.    Memusatkan perhatian, meliputi :
-       Merumuskan tujuan pada awal diskusi, disertai dengan pengenalan topik atau masalah.
-       Menyatakan dengan tegas masalah-masalah khusus yang sedang dibahas dan menyatakannya kembali apabila terjadi penyimpangan.
-       Menandai terjadinya perubahan yang tidak relevan yang dapat membawa diskusi ke arah yang menyimpang.
-       Membuat rangkuman tentang pembahasan yang disepakati pada tahap-tahap tertentu, sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya.

b.   Memperjelas masalah dan uraian pendapat, meliputi :
-       Menguraikan atau merangkum gagasan yang dikemukakan sehingga menjadi lebih jelas.
-       Meminta komentar siswa tentang gagasan yang diajukan dengan mengajukan pertanyaan.
-       Memberi informasi tambahan dan/atau contoh yang dapat memperjelas gagasan yang diajukan.

c.    Menganalisis pandangan, meliputi :
-       Menganalisis pandangan siswa, dengan cara meminta siswa memberi alasan dan dasar pandangan yang diajukannya.
-       Memeperjelas atau menguraikan inti gagasan siswa tentang hal-hal yang sudah disepakati dan yang belum disepakati.

d.   Meningkatkan urunan, meliputi :
-       Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kunci yang mampu menantang siswa untuk berpikir.
-       Memberikan contoh-contoh pada saat yang tepat.
-       Mengajukan pertanyaan yang mengundang banyak pendapat/jawaban.
-       Memberi waktu yang cukup untuk berpikir tanpa diganggu oleh komentar-komentar yang dapat mengurangi konsentrasi siswa.
-       Memberikan dukungan terhadap uraian yang dikemukakan siswa.

e.    Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, meliputi :
-       Memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi dengan cara memberikan pertanyaan secara halus kepada siswa tersebut.
-       Mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan cara memberi giliran lebih dahulu kepada siswa yang jarang berbicara.
-       Mencegah secara bijaksana terjadinya monopoli oleh siswa tertentu.
-       Mendorong terjadinya interaksi antarsiswa dengan cara meminta siswa mengomentari pendapat temannya.
-       Meminta persetujuan siswa untuk melanjutkan diskusi dengan bertitik tolak dari salah satu pendapat jika diskusi menemui jalan buntu atau mengambil jalan tengah.

f.    Menutup diskusi, meliputi :
-       Membuat rangkuman.
-       Mengemukakan tindak lanjut.
-       Menilai proses dan hasil diskusi.

4.      Prinsip Penggunaan
a.       Diskusi dapat dilaksanakan dalam semua pangajaran bidang studi di jenjang kelas yang siswanya sudah mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan.
b.      Topik atau masalah yang didiskusikan haruslah topik/masalah yang memrlukan informasi/pendapat dari banyak orang untuk membahasnya atau memecahkannya.
c.       Diskusi kelompok di sekolah dasar masih memerlukan bantuan guru untuk membimbingnya.
d.      Diskusi harus berlangsung dalam iklim terbuka yang penuh persahabatan sehingga memungkinkan terjadinya sikap saling menghargai.
e.       Sebelum diskusi, guru hendaknya membuat perencanaan dan persiapan.
f.       Diskusi mempunyai kekuatan/keuntungan yang dapat dimanfaatkan secara maksimal.
g.      Diskusi kelompok mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapat menggagalkan atau tidak tercapainya tujuan diskusi.
h.      Guru hendaknya menghindari, hal-hal berikut :
-       Menyelenggarakan diskusi dengan topik yang tidak sesuai. Hal ini akan menimbulkan kebosanan dan frustasi.
-       Mendominasi diskusi dengan beragai informasi.
-       Membiarkan terjadinya monopoli dan penyimpangan.
-       Tergesa-gesa meminta respons siswa.
-       Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi untuk tetap pasif.
-       Tidak memperjelas uraian.

C.  Keterampilan Mengelola Kelas
1.      Rasional
Kegiatan pembelajaran akan berlangsung secara efektif jika faktor-faktor yang mendukung dapat diciptakan, salah satunya adalah iklim belajar yang kondusif atau optimal. Iklim belajar yang kondusif atau optimal berkaitan dengan pengaturan orang dan barang. Misalnya, pengaturan tempat duduk siswa yang sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung, ruangan kelas yang bersih dan terang, alat pelajaran yang menarik atau hubungan guru-siswa dan siswa-siswa yang sehat dan akrab. Guru memegang peranan penting di dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif. Oleh karena itu, merupakan tuntutan yang wajar jika guru harus mampu mengatur barang dan orang hingga tercipta iklim kondusif yang sering disebut sebagai keterampilan mengelola kelas.

2.      Pengertian
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, serta keterampilan guru untuk mengembalikan kondisi belajar yang terganggu ke arah kondisi belajar yang optimal. Definisi ini menekankan kemampuan guru dalam mencegah terjadinya gangguan sehingga kondisi belajar yang optimal dapat tercipta dan terpelihara, serta menangani gangguan yang muncul sehingga kondisi belajar yang terganggu dapat dikembalikan ke kondisi optimal.

3.      Kegiatan Pengelolaan dan Kegiatan Instruksional
Kegiatan pengelolaan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan, memelihara atau mengembalikan kondisi yang memungkinkan terjadinya kegiatan pembelajaran yang efektif, seperti membuat aturan / tata tertib kelas atau mengembangkan hubungan yang sehat dan akrab antara guru-siswa dan siswa-siswa.
Kegiatan intruksional adalah kegiatan yang diarahkan untuk membantu siswa menguasai kemampuan yang diharapkan, seperti memberikan penjelasan, mendiagnosis kesulitan belajar,membimbing diskusi kelompok atau menyusun lembaran kerja.
Kegiatan pengelolaan dapat menimbulkan masalah pengelolaan dan harus ditangani dengan cara pengelolaan, sedangkan kegiatan intruksional dapat menimbulkan masalah intruksional dan harus ditangani dengan cara intruksional. Seorang guru dituntut untuk mampu membedakan kedua masalah tersebut sehingga dapat mengatasinya secara tepat. Jika masalah instruksional diidentifikasi sebagai masalah pengelolaan atau sebaliknya maka cara mengatasinya akan keliru sehingga masalah tidak akan terpecahkan. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk mengidentifikasi masalah yang muncul sangat diperlukan.
4.      Komponen-komponen Keterampilan
a.       Keterampilan yang bersifat preventif
Keterampilan ini mencakup kemampuan guru untuk mencegah terjadinya gangguan sehingga kondisi belajar yang optimal dapat diciptakan dan dipelihara. Guru harus mampu mengambil prakarsa dalam mengendalikan kegiatan pembelajaran sehingga gangguan-gangguan yang dapat merusak kondisi belajar tidak muncul. Usaha-usaha untuk mencegah munculnya gangguan-gangguan tersebut antara lain:
-       Menunjukkan sikap tanggap
-       Membagi perhatian
-       Memusatkan perhatian kelompok
-       Memberikan petunjuk yang jelas
-       Menegur
-       Memberi penguatan

b.      Keterampilan yang bersifat represif
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru untuk mengatasi gangguan yang muncul secara berkelanjutan sehingga kondisi kelas yang terganggu dapat dikembalikan menjadi kondisi yang optimal. Ada tiga pendekatan yang doterapkan, yaitu:
-       Memodifikasi tingkah laku, dapat ditempuh dengan cara:
ü Meningkatkan tingkah laku yang diinginkan dengan cara memberi penguatan pada tingkah laku siswa yang merupakan bagian dari tingkah laku yang dinginkan.
ü Mengajarkan tingkah laku baru jika aspek tingkah laku yang diinginkan tidak muncul, dengan cara memberi tuntunan (shaping) atau memberi contoh (modelling).
ü Mengurangi atau menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan dengan cara penghapusan penguatan (extinction), memberi hukuman, membatalkan kesempatan (time out), pengurangan hak (response cost).
-       Pengelolaan kelompok
Guru harus memiliki dua keterampilan berikut, yaitu:
ü Memperlancar tugas-tugas; mempererat kerja sama, menetapkan aturan kerja, memperbaiki kondisi melalui pemecahan masalah dalam diskusi kelas, memodifikasi kondisi kelas.
ü Memelihara kegiatan kelompok; memelihara dan memulihkan semangat siswa, menangani konflik yang muncul, memperkecil masalah pengelolaan.
-       Menemukan dan memcahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah pendekatan, berdasarkan dua asumsi :
ü Tingkah laku yang menyimpang merupakan gejala yang bersumber dari sejumlah sebab.
ü Luasnya tindakan yang akan diambil untuk mengidentifikasi dan memperbaiki sebab-sebab dasar tersebut sangat menentukan berkurangnya tingkah laku yang menyimpang tersebut. Untuk menerapkan pendekatan ini, guru terlebih dahulu harus mampu mengidentifikasi penyebab munculnya tingkah laku yang menyimpang agar dapat menangani masalah secara cepat dan tepat.

5.      Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
a.       Kehangatan dan keantusiasan guru sangat berperan dalam menciptakan iklim kelas yang menyenangkan.
b.      Kata-kata dan tindakan guru yang dapat menggugah siswa untuk belajar dan berperilaku baik akan mengurangi kemungkinan munculnya perilaku yang menyimpang.
c.       Penggunaan variasi dalam mengajar dapat mengurangi terjadinya gangguan.
d.      Keluwesan guru dalam kegiatan pembelajaran dapat mencegah munculnya gangguan.
e.       Guru harus selalu menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negatif.
f.       Guru hendaknya mampu menjadi contoh dalam menanamkan disiplin diri sendiri.
g.      Guru hendaknya menghindari terjadinya hal-hal berikut.
-       Mencampuri kegiatan siswa secara berlebihan.
-       Kesenyapan, yaitu berhentinya satu penjelasan atau kegiatan yang seharusnya masih berlangsung. Hal ini, misalnya terjadi karena guru kehabisan kata-kata ketia menjelaskan sehingga siswa harus menunggu.
-       Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan karena hal ini menyebabkan kegiatan tidak tuntas.
-       Penyimpangan yang berlarut-larut dari pokok pembahasan.
-       Bertele-tele, yaitu mengulangi hal-hal tertentu sampai membosankan.
-       Mengulangi penjelasan yang tidak perlu karena akan menghambat jalannya kegiatan.

D.  Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
1.      Rasional
Pada dasarnya manusia memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Di dalam kehidupan sekolah, keanekaragaman karakteristik dan kebutuhan individu juga berlaku bagi siswa. Ini berarti bahwa setiap siswa mempunyai karateristik dan kebutuhan yang berbeda. Namun pada kenyataannya, dalam kondisi sekolah sekarang ini, para guru memperlakukan semua siswa dengan cara yang sama. Kegiatan klasikal yang mendominasi kegiatan pembelajaran tidak memungkinkan guru memberikan perlakuan yang berbeda. Ini terdapat pada hampir seluruh kegiatan pembelajaran, di mana siswa dianggap mempunyai kemampuan, cara belajar, dan kebutuhan yang sama.
Kegiatan kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap kebutuhan siswa yang berbeda-beda. Guru dapat membantu siswa sesuai dengan kebutuhan. Dari pihak siswa, belajar dalam kelompok kecil dan perorangan memungkinkan mereka meningkatkan keterlibatannya dalam kegiatan pembelajaran. Mereka mendapat kesempatan untuk bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing, berlatih menjadi pemimpin, mengemukakan gagasan secara lebih bebas, bekerja sama dengan anggota kelompok, serta berintegrasi dengan temannya. Dari segi hubungan guru-siswa, penggunaan model kegiatan kelompok kecil dan perorangan akan membuat hubungan itu lebih akrab, yang berarti guru dapat mengenal siswanya lebih baik. Siswa akan menganggap gurunya sebagai orang yang siap membantunya bila mengalami masalah. Dengan demikian, penggunaan kegiatan kelompok kecil dan perorangan sebagai variasi dari kegiatan klasikal akan dapat mengurangi kelemahan kegiatan klasikal, di samping memantapkan dampak positif yang ditimbulkannya yaitu kebiasaan melakukan interaksi sosial pada kalangan yang lebih luas serta kesadaran akan adanya keterbatasan dalam usaha memenuhi kebutuhan.

2.      Pengertian
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan ditandai oleh ciri-ciri berikut.
a. Terjadi hubungan (interaksi) yang akrab dan sehat antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa.
b. Siswa belajar sesuai dengan kecepatan, cara, kemampuan, dan minatnya sendiri.
c.  Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya.
d.  Siswa dilibatkan dalam penentuan cara-cara belajar yang akan ditempuh, materi dan alat yang akan digunakan, dan bahkan tujuan yang ingin dicapai.

Dapat dipahami bahwa tidak setiap pengaturan kelompok kecil dan perorangan dapat disebut sebagai belajar dalam kelompok kecil dan perorangan. Misalnya, dalam suatu kelas, setiap siswa mengerjakan latihan yang sama secara sendiri-sendiri dan guru hanya duduk di depan kelas. Kegiatan seperti itu tidak dapat disebut belajar perorangan. Dilihat dari sisi guru, pengajaran kelompok kecil dan perorangan menuntut guru berperan sebagai:
a.  Organisator kegiatan pembelajaran,
b.  Sumber informasi bagi siswa,
c.  Pendorong bagi siswa untuk belajar (motivator),
d.  Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa,
e.  Orang yang mendiagnosis kesulitan siswa dan memberi bantuan yang sesuai dengan kebutuhannya,
f.  Peserta kegiatan yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan peserta lainnya.

3.      Variasi Pengorganisasian
Berikut ini merupakan contoh pengorganisasian pembelajaran kelompok kecil dan perorangan dalam konteks pembelajaran klasikal.
a.      
Kelas Besar
 
Model A
 









             Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan dimulai secara klasikal, misalnya saja guru memberikan informasi tentang konsep-konsep kunci dari topik yang dibahas atau menjelaskan prosedur kerja suatu alat. Setelah kegiatan klasikal, para siswa diminta untuk bekerja dalam kelompok kecil, misalnya untuk melakukan satu percobaan, mengadakan diskusi lebih lanjut tentang topik yang disajikan dalam kegiatan klasikal atau menciptakan satu model. Kegiatan diakhiri dengan pertemuan klasikal yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaporkan hasil kerja atau diskusi kelompok atau memberikan komentar terhadap hasil kegiatan kelompok.

Kelas Besar
 
b. Model B
 








             Model B hampir sama dengan model A. bedanya, pada model B setelah kegiatan klasikal, para siswa diberi 2 alternatif, yaitu mereka boleh bekerja dalam kelompok kecil atau bekerja sendiri.

b.      Model C
 






            
Model C agak berbeda dari model-model sebelumnya. Pada model C tidak ada pertemuan klasikal pada akhir kegiatan. Setelah bekerja di dalam kelompok kecil sesuai dengan kontrak antara kelompok dengan guru, hasil pekerjaan kelompok dikumpulkan dan diserahkan pada guru.

Kelas Besar
 
d. Model D
 








             Model D merupakan variasi yang agak unik. Kelas dimulai dengan klasikal kemudian siswa diminta bekerja secara perorangan sesuai dengan kontrak yang dibuat. Setelah waktu untuk bekerja secara perorangan berakhir, siswa membentuk kelompok-kelompok kecil sesuai dengan kesamaan tugas yang dilaksanakan. Hasil pekerjaan kelompok kecil diserahkan kepada guru.

4.      Komponen Keterampilan
a.       Keterampilan Mengadakan Pendekatan secara Pribadi
Dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
-       Menunjukkan kehangatan dan kepekaan kelompok kecil terhadap kebutuhan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun perorangan.
-       Mendengarkan secara simpatik gagasan yang dikemukakan oleh siswa.
-       Memberika respon poritif terhadap buah pikiran/perasaan yang dikemukakan.
-       Membangun hubungan saling mempercayai yang dapat diciptakan oleh guru dengan berbagai cara, baik verbal maupun nonverbal.
-       Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa tanpa kecenderungan untuk mendominasi atau mengambil alih tugas siswa.
-       Menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan.
-       Berusaha mengendalikan situasi hingga siswa merasa aman, penuh pemahaman, merasa dibantu, serta merasa menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.
b.      Keterampilan Mengorganisasikan Kegiatan Pembelajaran
Keterampilan yang harus dimiliki oleh guru antara lain:
-       Memberikan orientasi umum tentang tujuan dan tugas atau masalah yang akan dipecahkan, sebelum kelompok atau perorangan mengerjakan berbagai kegiatan yang telah ditetapkan bersama.
-       Memvariasikan kegiatan yang mencakup penetpan/penyediaan ruangan kerja, peralatan, cara kerja, aturan-aturan yang perlu dilakukan, serta alokasi waktu untuk kegiatan tersebut.
-       Membentuk kelompok yang tepat dalam jumlah, tingkat kemampuan,dan lain-lain sehingga siswa siap mengerjakan tugas dengan sumber yang sudah tersedia.
-       Mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat kemampuan belajar yang dicapai serta penggunaan materi dan sumber sehingga guru dapat memberi bantuan pada saat yang tepat.
-       Membagi-bagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa hingga guru siap membentu siapa saja yang memerlukan.
-       Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi yang dapat berupa laporan hasil yang dicapai siswa, kemudian disertai kesimpulan bersama tentang kemajuan yang dicapai siswa dalam kegiatan tersebut.
c.       Keterampilan Membimbing dan Memudahkan Belajar
Agar dapat melakukan hal ini, guru harus menguasai berbagai keterampilan antara lain:
-       Memberikan penguatan sesuai, baik dalam bentuk, kuantitas maupun kualitas sehingga siswa merasa diperhatikan oleh guru.
-       Mengembangkan supervisi proses awal, yang merupakan operasionalisasi dari sikap tanggap guru terhadap proses kerja siswa pada awal-awal mulainya kegiatan.
-       Mengadakan supervisi lanjut, yang menekankan pemberian bantuan secara selektif agar kegiatan dapat berlangsung secara terarah sampai menjelang akhir kegiatan.
-       Melakukan supervisi pemaduan, yang memusatkan perhatian pada kesiapan kelompok/perorangan untuk melakukan kegiatan akhir, seperti kegiatan merangkum atau memantapkan konsep.
d.      Keterampilan Merencanakan dan Melakukan Kegiatan Pembelajaran
Keterampilan ini terdiri dari empat subkomponen, yaitu:
-       Membantu siswa menerapkan tujuan pelajaran.
-       Membuat rencana kegiatan belajar bersama siswa yang mencakup: kriteria keberhasilan, cara/langkah kerja, waktu, bahan dan sumber yang diperlukan.
-       Berperan dan bertindak sebagai penasihat bagi siswa apabila diperlukan.
-       Membantu siswa menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri.

5.      Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
a.       Guru yang sudah biasa dengan pengajaran klasikal, sebaiknya mulai dengan pengajaran kelompok kecil, kemudian perorangan. Sementara itu, guru yang belum memiliki cukup pengalaman mengajar sebaiknya mulai dengan pengajaran perorangan, kemudian bertahap ke pengajaran kelompok kecil.
b.      Topik-topik yang bersifat umum (pengarahan), informasi umum sebaiknya diberikan secara klasikal, sedangkan pembahasan lebih lanjut dapat dilakukan dalam benttuk kegiatan kelompok kecil atau perorangan.
c.       Sebelum pengajaran kelompok kecil/perorangan dimulai, guru harus melakukan pengorganisasian siswa, sumber, materi, ruangan, serta waktu yang diperlukan.
d.      Kegiatan kelompok kecil/perorangan yang efektif selalu diakhiri dengan kulminasi yang dapat berupa rangkuman, laporan atau pemantapan, yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling belajar.
e.       Agar pengajaran perorangan dapa berlangsung secara efektif, guru perlu mengenal siswa secara pribadi sehingga kondisi belajar dapat diatur dengan tepat.
f.       Kegiatan perorangan dapat bervariasi, seperti belajar dengan bahan yang siap pakai (misalnya modul), belajar sendiri dengan jadwal harian yang disiapkan sendiri atau dapat pula bergabung dalam kelompok kecil.




BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari uraian makalah yang sudah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan keterampilan dasar mengajar 2 terdapat empat komponen di dalamnya, yaitu
a.       Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran;
b.      Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil;
c.       Keterampilan Mengelola Kelas; dan
d.      Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.
Dari empat macam keterampilan tersebut, di dalamnya masih ada subkomponen yang sangat berpengaruh terhadap kinerja seorang guru sebagai pendidik. Dalam kegiatan pembelajaran, guru diharuskan untuk menguasai keterampilan-keterampilan tersebut. Hal ini bertujuan agar tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dapat terlaksana dengan baik sebagaimana mestinya.

B.  Saran
Kegiatan pembelajaran akan berlangsung efektif jika faktor-faktor yang mendukung berhasilnya suatu kegiatan pembelajaran dapat diciptakan. Salah satunya adalah keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki guru yang telah disebutkan di atas. Guru memegang peranan penting di dalamnya. Oleh karena itu, semua guru diharuskan dapat menguasai keterampilan-keterampilan tersebut agar keberhasilan tujuan kegiatan pembelajaran dapat tercapai.








DAFTAR PUSTAKA

Anitah W., Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar