BAB II
PEMBAHASAN
A.
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
1.
Pengertian dan Tujuan
Keterampilan membuka pelajaran adalah
keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam memulai kegiatan
pembelajaran, sedangkan kegiatan menutup pelajaran adalah keterampilan yang
berkaitan dengan usaha guru dalam mengakhiri pelajaran. Kegiatan membuka dan
menutup pelajaran dapat terjadi beberapa kali selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, yaitu pada awal dan akhir setiap penggal pelajaran. Keterampilan
membuka pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan siswa untuk memasuki inti
kegiatan, sedangkan kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan untuk
memantapkan atau menindaklanjuti topik yang telah dibahas. Dengan demikian,
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan administrasi dan pengelolaan seperti
mengisi daftar hadir, menyiapkan alat-alat pelajaran atau memeriksa
ketersediaan buku-buku pelajaran, tidak termasuk dalam kegiatan membuka dan
menutup pelajaran. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan membuka dan menutup
pelajaran adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung dengan pembahasan
materi pelajaran.
Tujuan dari keterampilan membuka
pelajaran yaitu :
a.
Menyiapkan mental siswa untuk
memasuki kegiatan inti pelajaran;
b.
Membangkitkan motivasi dan
perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran;
c.
Memberikan gambaran yang jelas
tentang batas-batas tugas yang harus dikerjakan siswa;
d.
Menyadarkan siswa akan hubungan
antara pengalaman/bahan yang sudah dimiliki/diketahui dengan yang akan
dipelajari;
e.
Memberikan gambaran tentang
pendekatan atau kegiatan yang akan diterapkan atau dilaksanakan dalam kegiatan
belajar.
Tujuan dari keterampilan menutup
pelajaran yaitu :
a.
Memantapkan pemahaman siswa
terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung;
b.
Mengetahui keberhasilan siswa dan
guru dalam kegiatan pembelajaran yang telah dijalani;
c.
Memberikan tindak lanjut untuk
mengembangkan kemampuan yang baru saja dikuasai.
2.
Komponen Keterampilan Membuka dan
Menutup Pelajaran
a.
Membuka pelajaran
·
Menarik perhatian siswa
-
Memvariasikan gaya mengajar guru
-
Menggunakan alat-alat bantu
mengajar yang dapat menarik perhatian siswa
-
Penggunaan pola interaksi yang
bervariasi
·
Menimbulkan motivasi
Cara menimnulkan motivasi antara lain :
-
Sikap hangat dan antusias yang
ditunjukkan guru
-
Menimbulkan rasa ingin tahu
-
Mengemukakan ide yang bertentangan
-
Memperhatikan minat siswa
·
Memberi acuan
Acuan dapat diberikan dengan berbagai cara, yaitu :
-
Mengemukakan tujuan dan
batas-batas tugas
-
Menyarankan langkah-langkah yang
akan dilakukan
-
Mengingatkan masalah pokok yang
akan dibahas
-
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
·
Membuat kaitan
-
Meninjau kembali pemahaman siswa
tentang aspek-aspek yang telah diketahui dari materi baru yang akan dijelaskan;
-
Memberi kaitan materi baru dengan
materi yang sudah diketahui siswa / apabila konsep yang akan dijelaskan sama
sekali baru maka garis besar konsep ini dijelaskan terlebih dahulu.
b.
Menutup pelajaran
·
Meninjau kembali (review)
Dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
-
Merangkum inti pelajaran
-
Membuat ringkasan
·
Menilai (mengevaluasi)
Penilaian dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai
berikut.
-
Tanya-jawab secara lisan, yang
dilakukan guru kepada siswa secara perorangan, kelompok atau klasikal;
-
Mendemonstrasikan keterampilan;
-
Mengaplikasikan ide baru;
-
Menyatakan pendapat tentang
masalah yang dibahas;
-
Memberikan soal-soal tertulis yang
dikerjakan oleh siswa secara tertulis pula.
·
Memberi tindak lanjut
-
Tugas-tugas yang dapat dikerjakan
secara individual, seperti pekerjaan rumah (PR);
-
Tugas kelompok untuk merancang
sesuatu atau memecahkan masalah berdasarkan konsep yang baru dipelajari.
3.
Prinsip-prinsip Penggunaan
a. Bermakna
Artinya relevan dengan materi yang akan dibahas dan sesuai
dengan karakteristik siswa sehingga mampu mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Berurutan dan berkesinambungan
Guru hendaknya berusaha membuat susunan kegiatan yang
tepat, yang sesuai dengan minat, pengalaman, dan kemampuan siswa, serta jelas
kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya.
B.
Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
1.
Rasional
Untuk menguasai keterampilan
bermusyawarah atau berdiskusi diperlukan latihan secara sistematis karena
keterampilan ini tidak dibawa sejak lahir. Oleh karena itu, guru
diharapkan memberikan kesempatan kepada
para siswanya untuk berlatih menguasai keterampilan ini dengan keterlibatan
langsung dalam berbagai diskusi kelompok. Pentingnya diskusi kelompok di kelas
berkaitan dengan pendekatan CBSA yang menuntut keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, dominasi guru di dalam kelas haruslah
dikurangi sehingga tersedia kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi secara
aktif. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi kelompok.
Alasan lain sehingga beberapa tujuan
pendidikan yang jauh lebih efektif dapat tercapai jika dilakukan melalui diskusi
kelompok. Tujuan-tujuan tersebut adalah tujuan-tujuan dalam ranah keterampilan
serta nilai dan sikap. Misalnya, keterampilan berbicara, mengungkapkan
pendapat, keterampilan berbahasa, sopan santun dalam mengajukan perbedaan
pendapat, serta keterampilan berinteraksi sosial, akan jauh lebih efektif
pencapaiannya jika dilakukan melalui diskusi kelompok.
2.
Pengertian
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar
bisa disebut sebagai diskusi kelompok kecil, yaitu:
a.
Melibatkan kelompok, yang
anggoatanya berkisar antara 3-9 orang;
b.
Berlangsung dalam situasi tatap
muka yang informal, artinya semua anggota kelompok berkesempatan saling meliat,
mendengar, serta berkomunikasi secara bebas dan langsung;
c.
Mempunyai tujuan yang mengikat
anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama untuk mencapainya;
d.
Berlangsung menurut proses yang
teratur dan sistematis menuju kepada tercapainya tujuan kelompok.
Setiap diskusi kelompok kecil harus
mempunyai tujuan yang jelas yang ingin dicapai oleh kelompok, diskusi
berlangsung secara sistematis, dan setiap siswa yang menjadi anggota kelompok
mendapat kesempatan untuk bertatap muka dan mengemukakan pendapat secara bebas
dengan tidak mengabaikan aturan-aturan diskusi.
3.
Komponen Keterampilan Membimbing
Diskusi Kelompok Kecil
Ada enam komponen yang perlu dikuasai
guru agar dapat membimbing diskusi kelompok secara efektif, yaitu :
a.
Memusatkan perhatian, meliputi :
-
Merumuskan tujuan pada awal
diskusi, disertai dengan pengenalan topik atau masalah.
-
Menyatakan dengan tegas
masalah-masalah khusus yang sedang dibahas dan menyatakannya kembali apabila
terjadi penyimpangan.
-
Menandai terjadinya perubahan yang
tidak relevan yang dapat membawa diskusi ke arah yang menyimpang.
-
Membuat rangkuman tentang
pembahasan yang disepakati pada tahap-tahap tertentu, sebelum melanjutkan ke
tahap berikutnya.
b.
Memperjelas masalah dan uraian
pendapat, meliputi :
-
Menguraikan atau merangkum gagasan
yang dikemukakan sehingga menjadi lebih jelas.
-
Meminta komentar siswa tentang
gagasan yang diajukan dengan mengajukan pertanyaan.
-
Memberi informasi tambahan
dan/atau contoh yang dapat memperjelas gagasan yang diajukan.
c.
Menganalisis pandangan, meliputi :
-
Menganalisis pandangan siswa,
dengan cara meminta siswa memberi alasan dan dasar pandangan yang diajukannya.
-
Memeperjelas atau menguraikan inti
gagasan siswa tentang hal-hal yang sudah disepakati dan yang belum disepakati.
d.
Meningkatkan urunan, meliputi :
-
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kunci yang mampu menantang siswa untuk berpikir.
-
Memberikan contoh-contoh pada saat
yang tepat.
-
Mengajukan pertanyaan yang
mengundang banyak pendapat/jawaban.
-
Memberi waktu yang cukup untuk
berpikir tanpa diganggu oleh komentar-komentar yang dapat mengurangi
konsentrasi siswa.
-
Memberikan dukungan terhadap
uraian yang dikemukakan siswa.
e.
Menyebarkan kesempatan
berpartisipasi, meliputi :
-
Memancing urunan siswa yang enggan
berpartisipasi dengan cara memberikan pertanyaan secara halus kepada siswa
tersebut.
-
Mencegah terjadinya pembicaraan
serentak dengan cara memberi giliran lebih dahulu kepada siswa yang jarang
berbicara.
-
Mencegah secara bijaksana
terjadinya monopoli oleh siswa tertentu.
-
Mendorong terjadinya interaksi
antarsiswa dengan cara meminta siswa mengomentari pendapat temannya.
-
Meminta persetujuan siswa untuk
melanjutkan diskusi dengan bertitik tolak dari salah satu pendapat jika diskusi
menemui jalan buntu atau mengambil jalan tengah.
f.
Menutup diskusi, meliputi :
-
Membuat rangkuman.
-
Mengemukakan tindak lanjut.
-
Menilai proses dan hasil diskusi.
4.
Prinsip Penggunaan
a.
Diskusi dapat dilaksanakan dalam
semua pangajaran bidang studi di jenjang kelas yang siswanya sudah mampu
mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan.
b.
Topik atau masalah yang
didiskusikan haruslah topik/masalah yang memrlukan informasi/pendapat dari
banyak orang untuk membahasnya atau memecahkannya.
c.
Diskusi kelompok di sekolah dasar
masih memerlukan bantuan guru untuk membimbingnya.
d.
Diskusi harus berlangsung dalam
iklim terbuka yang penuh persahabatan sehingga memungkinkan terjadinya sikap
saling menghargai.
e.
Sebelum diskusi, guru hendaknya membuat
perencanaan dan persiapan.
f.
Diskusi mempunyai
kekuatan/keuntungan yang dapat dimanfaatkan secara maksimal.
g.
Diskusi kelompok mempunyai
kelemahan-kelemahan yang dapat menggagalkan atau tidak tercapainya tujuan
diskusi.
h.
Guru hendaknya menghindari, hal-hal
berikut :
-
Menyelenggarakan diskusi dengan
topik yang tidak sesuai. Hal ini akan menimbulkan kebosanan dan frustasi.
-
Mendominasi diskusi dengan beragai
informasi.
-
Membiarkan terjadinya monopoli dan
penyimpangan.
-
Tergesa-gesa meminta respons
siswa.
-
Membiarkan siswa yang enggan
berpartisipasi untuk tetap pasif.
-
Tidak memperjelas uraian.
C.
Keterampilan Mengelola Kelas
1.
Rasional
Kegiatan pembelajaran akan berlangsung
secara efektif jika faktor-faktor yang mendukung dapat diciptakan, salah
satunya adalah iklim belajar yang kondusif atau optimal. Iklim belajar yang
kondusif atau optimal berkaitan dengan pengaturan orang dan barang. Misalnya,
pengaturan tempat duduk siswa yang sesuai dengan kegiatan yang sedang
berlangsung, ruangan kelas yang bersih dan terang, alat pelajaran yang menarik
atau hubungan guru-siswa dan siswa-siswa yang sehat dan akrab. Guru memegang
peranan penting di dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif. Oleh karena
itu, merupakan tuntutan yang wajar jika guru harus mampu mengatur barang dan orang
hingga tercipta iklim kondusif yang sering disebut sebagai keterampilan
mengelola kelas.
2.
Pengertian
Keterampilan mengelola kelas adalah
keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, serta
keterampilan guru untuk mengembalikan kondisi belajar yang terganggu ke arah
kondisi belajar yang optimal. Definisi ini menekankan kemampuan guru dalam
mencegah terjadinya gangguan sehingga kondisi belajar yang optimal dapat
tercipta dan terpelihara, serta menangani gangguan yang muncul sehingga kondisi
belajar yang terganggu dapat dikembalikan ke kondisi optimal.
3.
Kegiatan Pengelolaan dan Kegiatan
Instruksional
Kegiatan pengelolaan
adalah kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan, memelihara atau mengembalikan
kondisi yang memungkinkan terjadinya kegiatan pembelajaran yang efektif,
seperti membuat aturan / tata tertib kelas atau mengembangkan hubungan yang
sehat dan akrab antara guru-siswa dan siswa-siswa.
Kegiatan intruksional
adalah kegiatan yang diarahkan untuk membantu siswa menguasai kemampuan yang
diharapkan, seperti memberikan penjelasan, mendiagnosis kesulitan
belajar,membimbing diskusi kelompok atau menyusun lembaran kerja.
Kegiatan pengelolaan
dapat menimbulkan masalah pengelolaan dan harus ditangani dengan cara
pengelolaan, sedangkan kegiatan intruksional dapat menimbulkan masalah
intruksional dan harus ditangani dengan cara intruksional. Seorang guru
dituntut untuk mampu membedakan kedua masalah tersebut sehingga dapat
mengatasinya secara tepat. Jika masalah instruksional diidentifikasi sebagai
masalah pengelolaan atau sebaliknya maka cara mengatasinya akan keliru sehingga
masalah tidak akan terpecahkan. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk
mengidentifikasi masalah yang muncul sangat diperlukan.
4.
Komponen-komponen Keterampilan
a.
Keterampilan yang bersifat
preventif
Keterampilan ini mencakup kemampuan guru
untuk mencegah terjadinya gangguan sehingga kondisi belajar yang optimal dapat
diciptakan dan dipelihara. Guru harus mampu mengambil prakarsa dalam
mengendalikan kegiatan pembelajaran sehingga gangguan-gangguan yang dapat
merusak kondisi belajar tidak muncul. Usaha-usaha untuk mencegah munculnya
gangguan-gangguan tersebut antara lain:
-
Menunjukkan sikap tanggap
-
Membagi perhatian
-
Memusatkan perhatian kelompok
-
Memberikan petunjuk yang jelas
-
Menegur
-
Memberi penguatan
b.
Keterampilan yang bersifat
represif
Keterampilan ini berkaitan dengan
kemampuan guru untuk mengatasi gangguan yang muncul secara berkelanjutan
sehingga kondisi kelas yang terganggu dapat dikembalikan menjadi kondisi yang
optimal. Ada tiga pendekatan yang doterapkan, yaitu:
-
Memodifikasi tingkah laku, dapat
ditempuh dengan cara:
ü Meningkatkan tingkah laku yang diinginkan dengan cara memberi penguatan
pada tingkah laku siswa yang merupakan bagian dari tingkah laku yang dinginkan.
ü Mengajarkan tingkah laku baru jika aspek tingkah laku yang diinginkan
tidak muncul, dengan cara memberi tuntunan (shaping)
atau memberi contoh (modelling).
ü Mengurangi atau menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan dengan
cara penghapusan penguatan (extinction),
memberi hukuman, membatalkan kesempatan (time
out), pengurangan hak (response cost).
-
Pengelolaan kelompok
Guru harus memiliki dua keterampilan berikut, yaitu:
ü Memperlancar tugas-tugas; mempererat kerja sama, menetapkan aturan
kerja, memperbaiki kondisi melalui pemecahan masalah dalam diskusi kelas,
memodifikasi kondisi kelas.
ü Memelihara kegiatan kelompok; memelihara dan memulihkan semangat siswa,
menangani konflik yang muncul, memperkecil masalah pengelolaan.
-
Menemukan dan memcahkan tingkah
laku yang menimbulkan masalah pendekatan, berdasarkan dua asumsi :
ü Tingkah laku yang menyimpang merupakan gejala yang bersumber dari
sejumlah sebab.
ü Luasnya tindakan yang akan diambil untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki sebab-sebab dasar tersebut sangat menentukan berkurangnya tingkah
laku yang menyimpang tersebut. Untuk menerapkan pendekatan ini, guru terlebih
dahulu harus mampu mengidentifikasi penyebab munculnya tingkah laku yang
menyimpang agar dapat menangani masalah secara cepat dan tepat.
5.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
a.
Kehangatan dan keantusiasan guru
sangat berperan dalam menciptakan iklim kelas yang menyenangkan.
b.
Kata-kata dan tindakan guru yang
dapat menggugah siswa untuk belajar dan berperilaku baik akan mengurangi
kemungkinan munculnya perilaku yang menyimpang.
c.
Penggunaan variasi dalam mengajar
dapat mengurangi terjadinya gangguan.
d.
Keluwesan guru dalam kegiatan
pembelajaran dapat mencegah munculnya gangguan.
e.
Guru harus selalu menekankan
hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang
negatif.
f.
Guru hendaknya mampu menjadi
contoh dalam menanamkan disiplin diri sendiri.
g.
Guru hendaknya menghindari
terjadinya hal-hal berikut.
-
Mencampuri kegiatan siswa secara
berlebihan.
-
Kesenyapan, yaitu berhentinya satu
penjelasan atau kegiatan yang seharusnya masih berlangsung. Hal ini, misalnya
terjadi karena guru kehabisan kata-kata ketia menjelaskan sehingga siswa harus
menunggu.
-
Ketidaktepatan memulai dan
mengakhiri kegiatan karena hal ini menyebabkan kegiatan tidak tuntas.
-
Penyimpangan yang berlarut-larut
dari pokok pembahasan.
-
Bertele-tele, yaitu mengulangi
hal-hal tertentu sampai membosankan.
-
Mengulangi penjelasan yang tidak
perlu karena akan menghambat jalannya kegiatan.
D.
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
1.
Rasional
Pada dasarnya manusia
memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya. Di dalam kehidupan sekolah, keanekaragaman karakteristik dan kebutuhan
individu juga berlaku bagi siswa. Ini berarti bahwa setiap siswa mempunyai karateristik
dan kebutuhan yang berbeda. Namun pada kenyataannya, dalam kondisi sekolah
sekarang ini, para guru memperlakukan semua siswa dengan cara yang sama.
Kegiatan klasikal yang mendominasi kegiatan pembelajaran tidak memungkinkan
guru memberikan perlakuan yang berbeda. Ini terdapat pada hampir seluruh
kegiatan pembelajaran, di mana siswa dianggap mempunyai kemampuan, cara
belajar, dan kebutuhan yang sama.
Kegiatan kelompok kecil dan
perorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap kebutuhan siswa yang
berbeda-beda. Guru dapat membantu siswa sesuai dengan kebutuhan. Dari pihak
siswa, belajar dalam kelompok kecil dan perorangan memungkinkan mereka
meningkatkan keterlibatannya dalam kegiatan pembelajaran. Mereka mendapat
kesempatan untuk bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing, berlatih
menjadi pemimpin, mengemukakan gagasan secara lebih bebas, bekerja sama dengan
anggota kelompok, serta berintegrasi dengan temannya. Dari segi hubungan
guru-siswa, penggunaan model kegiatan kelompok kecil dan perorangan akan
membuat hubungan itu lebih akrab, yang berarti guru dapat mengenal siswanya
lebih baik. Siswa akan menganggap gurunya sebagai orang yang siap membantunya
bila mengalami masalah. Dengan demikian, penggunaan kegiatan kelompok kecil dan
perorangan sebagai variasi dari kegiatan klasikal akan dapat mengurangi
kelemahan kegiatan klasikal, di samping memantapkan dampak positif yang
ditimbulkannya yaitu kebiasaan melakukan interaksi sosial pada kalangan yang
lebih luas serta kesadaran akan adanya keterbatasan dalam usaha memenuhi
kebutuhan.
2.
Pengertian
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan ditandai oleh
ciri-ciri berikut.
a. Terjadi hubungan
(interaksi) yang akrab dan sehat antara guru dan siswa serta siswa dengan
siswa.
b. Siswa belajar
sesuai dengan kecepatan, cara, kemampuan, dan minatnya sendiri.
c. Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai
dengan kebutuhannya.
d. Siswa dilibatkan dalam penentuan cara-cara
belajar yang akan ditempuh, materi dan alat yang akan digunakan, dan bahkan
tujuan yang ingin dicapai.
Dapat dipahami bahwa tidak
setiap pengaturan kelompok kecil dan perorangan dapat disebut sebagai belajar
dalam kelompok kecil dan perorangan. Misalnya, dalam suatu kelas, setiap siswa
mengerjakan latihan yang sama secara sendiri-sendiri dan guru hanya duduk di
depan kelas. Kegiatan seperti itu tidak dapat disebut belajar perorangan.
Dilihat dari sisi guru, pengajaran kelompok kecil dan perorangan menuntut guru
berperan sebagai:
a. Organisator kegiatan pembelajaran,
b. Sumber informasi bagi siswa,
c. Pendorong bagi siswa untuk belajar
(motivator),
d. Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi
siswa,
e. Orang yang mendiagnosis kesulitan siswa dan
memberi bantuan yang sesuai dengan kebutuhannya,
f. Peserta kegiatan yang mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dengan peserta lainnya.
3.
Variasi Pengorganisasian
Berikut ini merupakan contoh pengorganisasian
pembelajaran kelompok kecil dan perorangan dalam konteks pembelajaran klasikal.
a.
|
Model A
Dari
gambar tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan dimulai secara klasikal, misalnya
saja guru memberikan informasi tentang konsep-konsep kunci dari topik yang
dibahas atau menjelaskan prosedur kerja suatu alat. Setelah kegiatan klasikal,
para siswa diminta untuk bekerja dalam kelompok kecil, misalnya untuk melakukan
satu percobaan, mengadakan diskusi lebih lanjut tentang topik yang disajikan
dalam kegiatan klasikal atau menciptakan satu model. Kegiatan diakhiri dengan
pertemuan klasikal yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaporkan
hasil kerja atau diskusi kelompok atau memberikan komentar terhadap hasil
kegiatan kelompok.
|
b. Model B
Model
B hampir sama dengan model A. bedanya, pada model B setelah kegiatan klasikal,
para siswa diberi 2 alternatif, yaitu mereka boleh bekerja dalam kelompok kecil
atau bekerja sendiri.
b.
Model C
Model C agak berbeda dari
model-model sebelumnya. Pada model C tidak ada pertemuan klasikal pada akhir
kegiatan. Setelah bekerja di dalam kelompok kecil sesuai dengan kontrak antara
kelompok dengan guru, hasil pekerjaan kelompok dikumpulkan dan diserahkan pada
guru.
|
d. Model D
Model D
merupakan variasi yang agak unik. Kelas dimulai dengan klasikal kemudian siswa
diminta bekerja secara perorangan sesuai dengan kontrak yang dibuat. Setelah
waktu untuk bekerja secara perorangan berakhir, siswa membentuk
kelompok-kelompok kecil sesuai dengan kesamaan tugas yang dilaksanakan. Hasil
pekerjaan kelompok kecil diserahkan kepada guru.
4.
Komponen Keterampilan
a.
Keterampilan Mengadakan Pendekatan
secara Pribadi
Dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
-
Menunjukkan kehangatan dan
kepekaan kelompok kecil terhadap kebutuhan siswa, baik dalam kelompok kecil
maupun perorangan.
-
Mendengarkan secara simpatik
gagasan yang dikemukakan oleh siswa.
-
Memberika respon poritif terhadap
buah pikiran/perasaan yang dikemukakan.
-
Membangun hubungan saling
mempercayai yang dapat diciptakan oleh guru dengan berbagai cara, baik verbal
maupun nonverbal.
-
Menunjukkan kesiapan untuk
membantu siswa tanpa kecenderungan untuk mendominasi atau mengambil alih tugas
siswa.
-
Menerima perasaan siswa dengan
penuh pengertian dan keterbukaan.
-
Berusaha mengendalikan situasi
hingga siswa merasa aman, penuh pemahaman, merasa dibantu, serta merasa
menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.
b.
Keterampilan Mengorganisasikan
Kegiatan Pembelajaran
Keterampilan yang harus dimiliki oleh guru antara lain:
-
Memberikan orientasi umum tentang
tujuan dan tugas atau masalah yang akan dipecahkan, sebelum kelompok atau
perorangan mengerjakan berbagai kegiatan yang telah ditetapkan bersama.
-
Memvariasikan kegiatan yang
mencakup penetpan/penyediaan ruangan kerja, peralatan, cara kerja,
aturan-aturan yang perlu dilakukan, serta alokasi waktu untuk kegiatan
tersebut.
-
Membentuk kelompok yang tepat
dalam jumlah, tingkat kemampuan,dan lain-lain sehingga siswa siap mengerjakan
tugas dengan sumber yang sudah tersedia.
-
Mengkoordinasikan kegiatan dengan
cara melihat kemampuan belajar yang dicapai serta penggunaan materi dan sumber
sehingga guru dapat memberi bantuan pada saat yang tepat.
-
Membagi-bagi perhatian pada
berbagai tugas dan kebutuhan siswa hingga guru siap membentu siapa saja yang
memerlukan.
-
Mengakhiri kegiatan dengan
kulminasi yang dapat berupa laporan hasil yang dicapai siswa, kemudian disertai
kesimpulan bersama tentang kemajuan yang dicapai siswa dalam kegiatan tersebut.
c.
Keterampilan Membimbing dan
Memudahkan Belajar
Agar dapat melakukan hal ini,
guru harus menguasai berbagai keterampilan antara lain:
-
Memberikan penguatan sesuai, baik
dalam bentuk, kuantitas maupun kualitas sehingga siswa merasa diperhatikan oleh
guru.
-
Mengembangkan supervisi proses
awal, yang merupakan operasionalisasi dari sikap tanggap guru terhadap proses
kerja siswa pada awal-awal mulainya kegiatan.
-
Mengadakan supervisi lanjut, yang
menekankan pemberian bantuan secara selektif agar kegiatan dapat berlangsung
secara terarah sampai menjelang akhir kegiatan.
-
Melakukan supervisi pemaduan, yang
memusatkan perhatian pada kesiapan kelompok/perorangan untuk melakukan kegiatan
akhir, seperti kegiatan merangkum atau memantapkan konsep.
d.
Keterampilan Merencanakan dan
Melakukan Kegiatan Pembelajaran
Keterampilan ini terdiri dari
empat subkomponen, yaitu:
-
Membantu siswa menerapkan tujuan
pelajaran.
-
Membuat rencana kegiatan belajar
bersama siswa yang mencakup: kriteria keberhasilan, cara/langkah kerja, waktu,
bahan dan sumber yang diperlukan.
-
Berperan dan bertindak sebagai
penasihat bagi siswa apabila diperlukan.
-
Membantu siswa menilai pencapaian
dan kemajuannya sendiri.
5.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
a.
Guru yang sudah biasa dengan
pengajaran klasikal, sebaiknya mulai dengan pengajaran kelompok kecil, kemudian
perorangan. Sementara itu, guru yang belum memiliki cukup pengalaman mengajar
sebaiknya mulai dengan pengajaran perorangan, kemudian bertahap ke pengajaran
kelompok kecil.
b.
Topik-topik yang bersifat umum
(pengarahan), informasi umum sebaiknya diberikan secara klasikal, sedangkan
pembahasan lebih lanjut dapat dilakukan dalam benttuk kegiatan kelompok kecil
atau perorangan.
c.
Sebelum pengajaran kelompok
kecil/perorangan dimulai, guru harus melakukan pengorganisasian siswa, sumber,
materi, ruangan, serta waktu yang diperlukan.
d.
Kegiatan kelompok kecil/perorangan
yang efektif selalu diakhiri dengan kulminasi yang dapat berupa rangkuman,
laporan atau pemantapan, yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling
belajar.
e.
Agar pengajaran perorangan dapa
berlangsung secara efektif, guru perlu mengenal siswa secara pribadi sehingga
kondisi belajar dapat diatur dengan tepat.
f.
Kegiatan perorangan dapat
bervariasi, seperti belajar dengan bahan yang siap pakai (misalnya modul),
belajar sendiri dengan jadwal harian yang disiapkan sendiri atau dapat pula
bergabung dalam kelompok kecil.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah yang sudah dijelaskan, dapat disimpulkan
bahwa dalam kegiatan keterampilan dasar mengajar 2 terdapat empat komponen di
dalamnya, yaitu
a.
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran;
b.
Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil;
c.
Keterampilan Mengelola Kelas; dan
d.
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.
Dari empat macam keterampilan tersebut, di dalamnya masih ada
subkomponen yang sangat berpengaruh terhadap kinerja seorang guru sebagai
pendidik. Dalam kegiatan pembelajaran, guru diharuskan untuk menguasai
keterampilan-keterampilan tersebut. Hal ini bertujuan agar tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai dapat terlaksana dengan baik sebagaimana mestinya.
B. Saran
Kegiatan pembelajaran akan berlangsung efektif jika
faktor-faktor yang mendukung berhasilnya suatu kegiatan pembelajaran dapat
diciptakan. Salah satunya adalah keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki
guru yang telah disebutkan di atas. Guru memegang peranan penting di dalamnya.
Oleh karena itu, semua guru diharuskan dapat menguasai keterampilan-keterampilan
tersebut agar keberhasilan tujuan kegiatan pembelajaran dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah W., Sri. 2009.
Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta
: Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar