BAB
I
A.
Latar Belakang
Guru
adalah tenaga profesional. Sebagai tenaga professional, seorang guru tidak
cukup hanya mengikuti petunjuk yang ada dalam buku petunjuk tetapi juga sanggup
dalam mengelola buku petunjuk tersebut sebagai kerangka acuan dalam bekerja
.Peran guru adalah sebagai pengelola aktivitas yang bekerja berdasar pada
kerangka acuan pendekatan manajemen kelas.
Mengelola
kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam
kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada keterampilan memberikan
fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Pemecahan masalah
merupakan proses penyelesaian yang beragam., ini tergantung pada sumber dan
pelaku dalam permasalahan.
Guru
harus memiliki, memahami, dan terampil dalam menggunakan bermacam-macam
pendekatan dalam manajemen kelas, meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami
dan dimilikinya dipergunakan bersamaan atau sekaligus. Dalam hal ini, guru
dituntut untuk terampil memilih bahkan memadukan pendekatan yang meyakinkan
untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang
dihadapinya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan
pengubahan perilaku ?
2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan iklim
sosio-emosional ?
3.Apa yang dimaksud dengan pendekatan proses
kelompok ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui pengertian pendekatan pengubahan
perilaku.
2.Mengetahui pengertian pendekataniklim
sosio-emosional.
3. Mengetahui pengertian pendekatanproses
kelompok.
BAB II
PENDEKATAN
DALAM MANAJEMEN KELAS
- Pendekatan
Pengubahan Perilaku
Pendekatan pengubahan
perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi behaviorisme. Prinsip utama
yang mendasari pendekatan ini adalah perilaku merupakan hasil belajar. Pengajur
pendekatan berpendapat bahwa seorang peserta didik berperilaku menyimpang adalah
disebabkan oleh salah satu dari dua alasan yaitu:
1) peserta didik telah belajar berperilaku
yang tidak sesuai, atau
2) pengaruh peserta didik
tidak belajar berperilaku yang sesuai.
Kedua
alasan tersebut membutuhkan suatu pendekatan yang tepat dalam menanganinya.
Pendekatan pengubahan
perilaku dibangun atas dasar dua asumsi utama, dua asumsi tersebut adalah:
1) empat proses dasar belajar,
2) pengaruh
kejadian-kejadian dalam lingkungan.
Tugas guru adalah menguasai dan menerapkan empat
prinsip dalam belajar. prinsip tersebut adalah penguatan positif, hukuman ,
peenghentian, dan penguatan negatif.
1)
Penguatan positif
Penguatan positif yakni pemberian penghargaan setelah terjadi suatu
perbuatan. Penghargaan menyebabkan perbuatan yang dikuatkan itu semakin
meningkat. Perbuatan yang dihargai tersebut diperkuat dan diulangi di kemudian
hari.
Contoh:
Seorang siswa membuat tugas dengan rapi. Tugas ini kemudian diserahkan kepada
guru (=perbuatan, tingkah laku) . Guru memuji tugas tersebut dan mengatakan tugas
yang rapi akan lebih mudah dan enak dibaca dari pada tugas yang tidak rapi ( =
penguatan positif). Dalam tugas berikutnya siswa tersebut lebih
berseungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas agar lebih rapi ( = frekuensi
kegiatan yang dikuatkan lebih meningkat).
2)
Hukuman
Hukuman adalah pemberian pengalaman atau rangsangan yang
tidak disukai atau tidak diinginkan sesudah terjadinya suatu perbuatan. Dengan
hukuman menyebabkan suatu perbuatan yang dikenai hukuman frekuensinya berkurang
dan cenderung tidak dilanjutkan.
Contoh: Contoh: Seorang siswa membuat tugas
dengan tidak rapi. Tugas ini kemudian diserahkan kepada guru (=perbuatan,
tingkah laku) . Guru menegur tugas tersebut dan mengatakan tugas yang tidak
rapi akan lebih sukar dibaca dari pada tugas yang rapi. Guru menyuruh agar
siswa tersebut menulis kembali tugas tersebut( =hukuman). Dalam tugas
berikutnya siswa tersebut lebih rapi dalam mengerjakan tugas( = frekuensi
kegiatan yang dihukum berkurang).
3)
Penghentian
Penghentian adalah menahan sesuatu
penghargaan yang diharapkan (=menahan penguatan positif), yang dalam kejadian
sebelumnya perbuatan seperti itu diberi penghargan. Penghentian menyebabkan
menurunnya frekuensi perbuatan yang sebelumnya dihargai.
Contoh :Seorang siswa yang dalam membuat tugas
rapi selalu dihargai oleh guru. Siswa tersebut menyerahkan sebuah tugas yang
tulisannya rapi kepada guru (=perbuatan peserta didik yang sebelumnya dikuatkan
oleh guru). Guru menerimanya kemudian dikembalikan tanpa komentar apapun( =menahan
penguatan positif). Dalam tugas berikutnya siswa tersebut kurang rapi dalam
mengerjakan tugas (=frekuensi kegiatan yang sebelumnya dikuatkan menjadi
menurun).
4)
Penguatan negatif
Penguatan negative adalah penarikan
rangsangan (hukuman) yang tidak diinginkan atau tidak disukai sesudah
terjadinya suatu perbuatan , yang menyebabkan frekuensi perbuatsn itu
meningkat. Menarik hukuman bermaksud memperkuat perilaku dan meningkatkan
kecenderungan diulangi.
Contoh: Seorang siswa selalu membuat tugas dengan tidak rapi. Tugas
ini kemudian diserahkan kepada guru (=perbuatan, tingkah laku) .Walaupun guru
sering memarahinya, namun siswa tersebut masih tidak rapi dalam mengerjakan
tugas. Kemudian Guru menerima tugas tersebut tanpa komentar dan dimarahi
seperti biasanya( =menarik hukuman). Ternyata dalam tugas berikutnya siswa
tersebut lebih rapi dalam mengerjakan tugas ( = frekuensi perilaku meningkat).
Guru dapat mendorong perilaku peserta didik
yang sesuai dengan mempergunakan penguatan positif ( memberikan penghargaan),
penguatan negatif ( menarik hukuman ), guru dapat mengurangi perilaku peserta
didik yang menyimpang dengan menggunakan hukuman ( memberikan rangsangan yang
tidak menyenangkan ) , penghentian ( menahan penghargaan yang diharapkan ) dan
penarikan (menarik penghargaan dari peserta didik). Setiap tindakan tersebut
memiliki konsekuensi masing-masing.Jadi, sebagai guru harus bisa memahami kapan
dan dimana dalam melaksanakan tindakan tersebut.
Penentuan waktu,
frekuensi penguatan, dan hukuman adalah prinsip lain yang penting dalam
pengubahan perilaku. Perbuatan peserta didik yang hendak diperkuat oleh guru
harus dengan segera dikuatkan setelah perbuatan itu terjadi. Perbuatan peserta
didik yang hendak dihentikan harus segera dikenakan hukuman setelah perbuatan
itu terjadi. Perilaku yang tidak dikuatkan dengan segera cenderung akan
melemah. Perilaku yang tidak dikenakan hukuman dengan segera cenderung akan
menguat. Jadi penentuan waktu yang tepat untuk menghargai dan menghukum adalah
penting.
Penguatan yang terus-menerus, yaitu penguatan yang menyusul setiap
terjadi perilaku menyebabkan makin cepatnya seseorang mempelajari perilaku tersebut.Jika
seorang guru menginginkan pengutan perilaku siswa tersebut, guru harus
menghargai setiap perilaku itu terjadi. Penguatan terus-menerus akan sangat
efektif pada tahap awal mempelajari suatu perilaku.
Ada dua macam pendekatan
untuk penguatan yang berselang waktu pendek yaitu : penjadwalan selang waktu,
dan penjadwalan rasio. Penjadwalan selang waktu adalah pendekatan yang
dipergunakan oleh guru mendorong siswa setelah batas waktu tertentu. Misalnya,
guru yang menggunakan penjadwalan selang waktu akan mendorong seorang siswa
setiap jam. Penjadwalan rasio adalah pendekatan yang digunakan oleh guru
mendorong siswa setelah suatu perbuatan terjadi beberapa kali. Misal, guru yang
menggunakan penjadwalan rasio akan mendorong siswa setelah perbuatan tertentu
terjadi empat kali.
Penghargaan atau
pendorong adalah suatu rangsangan untuk meningkatkan frekuensi perbuatan yang
mendahuluinya. Hukuman adalah sesuatu yang mengurangi frekuensi perbuatan yang mendahuluinya.
Pendorong dapat digolongkan dalam dua kategori utama yaitu pendorong primer
(diperlukan untuk mempertahankan kehidupan seperti air, makanan, rumah) dan
pendorong bersyarat (pujian, rasa kasih sayang dan sebagainya).
Pendorong bersyarat
terdiri dari beberapa tipe seperti pendorong sosial (pujian atau tepukan),
pendorong perlambang (berupa benda/barang- tanda penghargaan), pendorong nyata
(uang atau cek), pendorong kegiatan (bermain di luar, membaca bebas, diberi
kesempatan memilih nyanyian).
Penghargaan dan hukuman dapat dipahami hanya dalam kaitannya dengan
peserta didik secara individual.Penghargaan terhadap seorang peserta didik
dapat saja dirasakan sebagai hukuman bagi peserta didik lainnya.Respon yang
dimaksudkan oleh guru sebagi penghargaan dapat dirasakan sebagi hukuman, dan
respon yang dimaksud hukuman dapat berubah menjadi penghargaan.Hal semacam ini
sering terjadi, contohnya adalah sangat lazim jika ada peserta didik yang
berperilaku menyimpang dengan maksud menarik perhatian.Tindakan guru yang
diberikan hukuman sesudah kejadian tersebut sesungguhnya adalah menghargai,
bukan menghukum peserta didik yang haus perhatian. Maka dari itu, peserta didik
akan terus melakukan perilaku menyimpang tersebut untuk mendapatkan perhatian
yang didambakannya.
Ada tiga metode yang
ditawarkan untuk menemukan pendorong-pendorongyang berorientasi individual
yaitu:
1.
Mendapatkan petunjuk mengenai pendorong yang
mungkin dengan mengamati apa yang mungkin dilakukan oleh peserta didik
2.
Mendapatkan etunjuk tambahan dengan mengamati apa
saja yang mengikuti perilaku peserta didik tertentu
3.
Mendapatkan petunjuk tambahan dengan hanya
menanyakan si anak, apa yang akan dilakukan pada waktu senggang, apa yang ingin
dimiliki, dan untuk apa ia melakukan sesuatu.
Berikut ini adalah strategi-strategi lain yang
ditawarkan dalam memanajemen kelas yaitu:
Ø
Mempergunakan model
Model adalah proses dimana peserta didik dengan
mengamati cara berperilaku orang lain mendapatkan perilaku yang baru. Sebagai
suatu srtategi manajemen model dapat dipandang sebagai suatu proses dimana guru
melalui tingkah lakunya menampilkan nilai dan sikap, yang dikehendaki dimiliki
dan ditampilkan oleh peserta didik.
Ø
Mempergunakan pembentukan
Pembentukan adalah suatu prosedur dimana guru
meminta peserta didik menampilkan serangkaian perilaku yang mendekati atau
mirip dengan perilaku yang diinginkan. Dan pada setiap kali peserta didik
menampilkan perilaku yang mendekati itu guru memberikan dorongan kepada peserta
didik sehingga ia mampu secara konsisten menampilkan perilaku yang diinginkan
tersebut. Jadi pembentukan adalah strategi pengubahan perilaku yang
dipergunakan untuk mendorong perkembangan perilaku yang baru.
Ø
Mempergunakan kontrak perilaku
Kontrak perilaku adalah suatu persetujuan antara
guru dan peserta didik yang berperilaku menyimpang. Persetujuan ini menentukan
perilaku yang disetujui oleh peserta didik untuk ditampilkan dan
kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya apabila peserta didik menampilkan
perilaku tersebut. Kontrak adalah suatu kesepakatan antara guru dan peserta
didik dan ganjaran atau konsekuensi yang akan diperolehnya apabila melakukan
hal-hal yang disepakati itu.
Ø
Mempergunakan Sistem Hadiah
Sistem
hadiah biasanya terdiri atas tiga unsur, unsur-unsur itu dimkasudkan untuk
mengubah perilaku sekelompok peserta didik. Unsur-unsur itu berupa :
1. Seperangkat
instruksi tertulis yang disiapkan dengan teliti, yang menggambarkan perilaku
peserta didik yang hendak dikuatkan oleh guru
2.
Suatu system yang dirancang dengan baik untuk menghadiahkan barang kepada
peserta didik yang menampilkan perilaku yang sesuai.
3.
Seperangkat prosedur yang memberikan kesempatan kepada peserta didik saling
bertukar hadiah yang mereka peroleh sebagai penghargaan, atau memberikan
kesempatan terlibat dalam kegiatan sosial.
Ø
Mempergunakan jatah kelompok
Penggunaan jatah kelompok adalah penggunaan
prosedur dimana konsekuensi (penguatan atau hukuman) tidak hanya tergantung
kepada perilaku seorang peserta didik sendiri, melainkan juga kepada perilaku
kelompoknya. Penghargaan terhadap setiap anggota kelompok tergantung pada perilaku salah
seorang atau lebih atau pada perilaku seluruh anggota kelompok lainnya.
Ø
Penguatan alternatif yang tidak serasi
Penguatan ini merupakan penguatan yang bertentangan satu dengan
lainnya. Penguatan itu terjadi pada situasi dimana guru menghargai perilaku
yang tidak dapat terjadi bersamaan dengan perilaku menyimpang yang hendak
dihilangkan oleh guru.
Ø
Mempergunakan penyuluhan perilaku
Penyuluhan perilaku adalah suatu proses yang
meliputi pertemuan pribadi antara guru dan peserta didik. Penyuluhan perilaku
ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik yang berperilaku menyimpang
mengetahui bahwa perilakunya tidak sesuai dan merencanakan perubahan.
Ø
Mempergunakan pemantauan sendiri
Pemantauan diri sendiri artinya sebagai
pengelolaan diri sendiri dimana peserta didik mencatat aspek-aspek perilakunya
agar ia dapat merubahnya. Pemantauan diri sendiri secara sistematis akan
meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap perilaku yang diharapkan
dihilangkan atau dikurangi. Pemantauan diri sendiri meningkatkan diri sendiri
melalui pengamatan atas dirinya.
Ø
Mempergunakan isyarat
Isyarat adalah suatu proses untuk merangsang
berbuat atau tindakan menggiatkan secara verbal atau non-verbal yang digunakan
oleh guru kepada peserta didiknya. Hal ini dilakukan apabila is merasa peserta
didiknya berperilaku menyimpang. Suatu isysrat dapat digunakan untuk mendorong atau mencegah perilaku tertentu.
Berlainan dengan pendorong, isyarat mendahului respons.
Ada tiga pandangan pokok yang paling menonjol pada
penggunaan hukuman pada pendekatan perilaku yaitu :
1.
Penggunaan hukuman dengan tepat sangat efektif
untuk menghilangkan perilaku peserta didik yang menyimpang
2.
Penggunaan hukuman dengan bijaksana pada
jenis-jenis situasi tertentu akan dapat memberikan dampak positif pada perilaku
peserta didik, tetapi karena adanya resiko timbulnya pengaruh sampingan yang
negatif, penggunaan hukuman harus dipantau dengan seksama
3.
Penggunaan hukuman harus dihindarkan sama sekali,
karena perilaku siswa yang menyimpang dapat ditangani secara efektif dengan
teknik-teknik lain yang tidak mempunyai pengaruh sampingan yang negatif seperti
hukuman.
Keuntungan pemberian
hukuman :
Ø
Hukuman tidak menghentikan dengan segera perilaku
siswa yang dihukum , tetapi dapat mengurangi terjadinya perilaku tersebut untuk
jangka waktu lama
Ø
Hukuman bersifat memberikan informasi kepada
peserta didik, karena membantunya membedakan dengan cepat perilaku yang
dibenarkan dan perilaku yang tidak dibenarkan
Ø
Hukuman bersifat memerintah terhadap siswa lain
untuk mengurangi kemungkinan peserta didik lainnya meniru perilaku yang dihukum
tersebut.
Kerugian penggunaan
hukuman :
Ø
Hukuman dapat disalah tafsirkan
Ø
Hukuman dapat menyebabkan peserta didik yang
dihukum menyisihkan diri sama sekali
Ø
Hukuman dapat menyebabkan peserta didik yang
dihukum menjadi agresif
Ø
Hukuman dapat menghasilkan reaksi negatif di
pihak teman-teman sekelasnya
Ø
Hukuman dapat menyebabkan peserta didik yang
dihukum bersikap negatif terhadap dirinya sendiri atau terhadap situasi.
2. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
Dalam pendekatan ini manajemen kelas
berakar pada psikologi penyuluhan klinikal, dankarena itu memberikan arti yang
sangat penting pada hubungan antar pribadi.Pendekatan ini di bangun atas dasar
asumsi bahwa manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat
tergantung pada hubungan yang positif antara guru dan peserta didik.
Ginott manekankan pentingnya komunikasi
yang efektif untuk meningkatkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, di
samping keserasian, sikap menerima, empati, dan memberikan sejumlah contoh
bagaimana sikap-sikap itu di wujudkan oleh guru.cara guru berkomunikasi ialah
dengan berbicara sesuai dengan situasi, bukan dengan kepribadian atau watak
siswa.
Ginott memberikan rekomendasi mengenai
cara yang seyogyanya di lakukan oleh guru untuk berkomunikasi secara
efektif:
a. Alamatkan
pertanyaankepada siswa, jangan menilai
dirinya karena hal itu dapat merendahkn diri siswa.
b. Gambarkanlah
situasi, ungkapkan perasaan tentang situasi itu, dan jelaskan harapan mengenai
situsi tersebut.
c. Nyatakan
perasaan yang sebenarnya yang akan meningkatkan pengertian siswa.
d. Hindarkan
cara memusuhi dengan cara mengundang kerja sama dan memberikan kepada siswa
kesempatan mengalami ketidak ketergantungan.
e. Hindarkan
sikap menentang atau melawan
f. Akui,
terima dan hormati pendapat serta perasaan siswa dengan cara meningkatkan
perasaan harga diri.
g. Hindarkan
diogonis dan prognosis yang akan menilai siswa.
h. Jelaskan
proses, dan tidak menilai produk atau pribadi, berikan bimbingan dan bukan
ancaman.
i.
Hindarkan pertanyaan dan komentar yang
memungkinkan memancing sikap menolak dan mengandung sikap enentang.
j.
Tolak godaan memberikan kepada siswa
pemecahan yang ditawarkan secara buru-buru, pergunakanlah waktu untuk
memberikan bimbingan yang di perlukan oleh siswa.
k. Hilangkan
sarkasme, karena hal itu akan mengurangi harga diri peserta didik.
l.
Usahakan penjelasan yang singkat.
m. Pantau
dan waspadalah terhadap dampak kata-kata yang di sampaikan kepada siswa.
n. Berikan
pujian yang bersifat menghargai.
o. Dengarkan
apa yang di ungkapkan peserta didik dorong
mengungkapkan buah pikiran dan perasaannya.
Glasser
menekankan pentingnya keterlibatan guru dengan menggunakan strategi manajemen
yang di sebutnya terapi kenyataan. Menurut Glasser satu-satunya kebutuhan dasar
manusia adalah kebutuhan akan identitas
yaitu perasaan berhasil dan dihargai.
Glasser
mengemukakkan delapan langkah untuk membantu peserta didik mengubah perilakunya
:
·
Secara pribadi melibatkan diri siswa
dengan siswa; menerima siswa tetapi bukan kepada perilakunya yang menyimpang;
menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahkan masalah.
·
Memberikan uraian tentang perilaku
siswa; mengenai masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa.
·
Membantu siswa membuat penilaian atau
pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah itu.
·
Membantu siswa merencanakan tindakan
yang lebih biak.
·
Memmbimbing siswa mengikatkan diri
dengan rencana yang telah di buatnya.
·
Mendorong siswa sewaktu melaksanakan
rencananya dan memelihara keterikatannya dengan rencna tersebut; yakinkan siswa
bahwa guru mengetahui kemajuan-kemajuan yang di buatnya.
·
Tidak menerima pernyataan maaf siswa
apabila siswa gagal meneruskan keterikatannya; bantulah ia memahami bahwa ia
sendirilanh yang bertanggung jawab atas perilakunya; ingatkan siswa akan
perlunya rencana yang lebih baik,; menerima pernyataan maaf berarti tidak
memusingkan masalah siswa.
·
Memberikan kesempatan kepadasiswa
merasakan akibat wajar dari perilakunya yang menyimpang tetapi jangan
menghukumnya; bantulah siswa menyusun lagi menuusun rencana yang lebih baik dan
mengikatkan diri dengan rencana tersebut.
Dreikurs dalam kaitan dengan pendekatan
sosio-emosional mengemukakan gagasan
penting yang mempunyai implikasi bagi
manajemen kelas yang efektif yaitu:
1.
Penekanan pada kelas yang demokatis dimana siswa dan guru berbagi tanggung
jawab, baik dalam proses maupun dalam langkah maju.
2. Pengakuan akan pengaruh konsekuensi
wajar dan logis atas perilaku siswa.
3.
Pendekatan
Proses Kelompok
Premis
utama yang mendasari pendasaran proses kelompok di dasarkan pada asumsi-asumsi
berikut:
a. Kehidupan
sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas.
b. Tugas
pokok guru adalah menciptakan dan membina kelompok kelas yang efektif dan
produktif.
c. Kelompok
kelas adalah suatu system sosial yang mengandung ciri-ciri yang terdapat pada
semua system sosial.
d. Pengelola
kelas oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang menunjang
terciptanya suasana belajar yang menguntungkan.
Schmuck dan schmuck dalam weber
mengemukakan enam ciri mengenai pendekatan proses kelompok yaitu:
1. Harapan
harapan
adalah persepsi yang dimiliki oleh guru dan siswa mengenai hubungan mereka satu
sama lain. Persepsi tersebut adalah perkiraan individual tentang cara perilaku
diri sendiri dan orang lain.
2. Kepemimpinan
Kepemimpinan
diartikan perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju pencapaian tujuannya.Kelompok
kelas efektif fungsi kepemimpinan di laksanakan bersama-sama oleh guru dan
peserta didik. Kelompok kelas yang efektif adalah kelompok kelas yang fungsi
kepemimpinannya di bagi-bagi dengan baik, dan semua anggota kelompok dapat
merasakan kewenangan dan harga diri
dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik dan dalam bekerja bersama-sama.
3. daya
tarik
daya
tarik dapat digambarkan sebagai tingkat persahabatan yang terdapat di antara
para anggota kelompok kelas. Pengelola kelas yang efektif ialah seseorang yang
membantu menghubungkan antar pribadi yang positif antara para anggota kelompok.
4. Norma
Norma
ialah pengharapan bersama mengenai cara berpikir, cara berperasaan, dan cara
berperilaku para anggota kelompok. Norma kelompok yang produktif ialah hakiki
bagi efektivitas kelompok.
5. Komunikasi
Komunikasi,
baik verbal maupun non-verbal adalah dialog antara anggota-anggota
kelompok.Komunikasi mencangkup kemampuan khas manusia untuk saling memahami
buah pikiran dan perasaan masing-masing.Komunikasi yang efektif berarti
menerima pesan menafsirkan dengan tepat pesan yang di sampaikan oleh pengirim
pesan.
6. Keterpaduan
Keterpaduan
adalah menyangkut perasaan kolektif yang di miliki oleh para anggota kelas
mengeai kelompok kelasnya. Kelompok menjadi terpadu karena: 1). Para anggota
saling menyukai satu sama lainnya, 2). Minat yang besar terhadap pekerjaan, 3).
Kelompok memberikan harga diri kepada para anggotannya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Guru
adalah tenaga professional, yang berperan sebagai pengelola aktivitas yang
bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan manajemen kelas.Guru harus
memiliki, memahami, dan terampil dalam menggunakan bermacam-macam pendekatan
dalam manajemen kelas.
Pendekatan
pengubahan perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi
behaviorisme.Prinsip utama yang mendasari pendekatan ini adalah perilaku
merupakan hasil belajar.
Pendekatan
iklim sosio-emosional adalah pendekatan yang di bangun atas dasar asumsi bahwa
manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat tergantung
pada hubungan yang positif antara guru dan peserta didik.
Pendekatan
kelompok mendasari pendasaran proses kelompok di dasarkan pada :Kehidupan
sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, Tugas guru adalah menciptakan
dan membina kelompok kelas yang efektif dan produktif, Kelompok kelas adalah
suatu system sosial yang mengandung ciri-ciri yang terdapat pada semua system
sosial..
B.
Saran
1. Sebagai
Guru harus memiliki, memahami, dan terampil dalam menggunakan bermacam-macam pendekatan
dalam manajemen kelas.
2. Sebagi
guru harus terampil memilih bahkan memadukan pendekatan yang meyakinkan untuk
menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Eko, Siswoyo, dkk.
2000. Manajemen Kelas. Semarang : CV.
IKIP Semarang Press.
Rachman, Maman. 1997. Manajemen Kelas. Semarang : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar