SEMOGA KEBERUNTUNGAN SELALU BERSAMAMU..
.

Selasa, 18 Maret 2014

CARA BELAJAR EFEKTIF

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Telah disadari bahwa kondisi atau suasana berpengaruh terhadap pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu faktor penting dalam pembelajaran adalah kondisi atau suasana belajar. Manajemen kelas tidak hanya berupa pengaturan belajar, fasilitas fisik dan rutinitas. Tugas manajemen kelas adalah menyiapkan kondisi kelas dan sekolah agar tercipta kenyamanan dan suasana belajar yang efektif. Oleh karena itu, sekolah dan kelas perlu dikelola secara baik pula.
Dalam penciptaan iklim belajar yang menunjang guru dihadapkan kepada beberapa faktor yang dapat menjadi kendala atau pendukung terciptanya kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar. Sebagai bekal dalam menciptakan iklim belajar yang menunjang, guru harus memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar dan prinsip-prinsip mengajar yang dapat mendukung terciptanya kondisi belajar optimal tersebut bagi terciptanya proses belajar. Kesemuanya itu perlu dipahami oleh para guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

1.2.         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
a.       Mengapa kondisi dan situasi belajar-mengajar berpegaruh terhadap hasil belajar?
b.      Apa sajakah faktor yang dapat mempengaruhi belajar?
c.       Bagaimanakah cara mengajar yang efektif?

1.3.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan masalah ini sebagai berikut :
a.       Dapat menjelaskan alasan bahwa kondisi dan situasi belajar-mengajar berpengaruh terhadap hasil belajar.
b.      Dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
c.       Dapat menjelaskan cara mengajar yang efektif.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Kondisi dan Situasi Belajar-Mengajar
a.    Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung tujuan pengajaran. Guru harus menciptakan lingkungan kelas yang membantu perkembangan peserta didik yaitu dengan teknik motivasi yang akurat, sehingga guru dapat memberikan kontribusi iklim kelas yang sehat. Kondisi dan lingkungan yang perlu menjadi perhatian dan kepedulian dalam menunjang terciptanya pembelajaran seperti berikut ini.
1)        Ruangan Tempat Berlangsungnya Pembelajaran
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan para peserta didik dapat bergerak leluasa,tidak berdesak-desakkan,sehingga tidak saling mengganggu satu sama lainnya saat aktivitas pembelajaran. Besarnya ruang kelas sangat bergantung  pada berbagai hal antara lain :
Ø jenis kegiatan (kegiatan pertemuan tatap muka klaksikal dalam kelas atau bekerja diruang praktikum)
Ø jumlah siswa yang melakukan kegiatan 9kegiatan bersama secra klaksikal atau kegiatan dalam kelompok kecil). Ruang belajar yang merupakan tempat siswa dan guru melaksanakan kegiatan belajar-mengajar meliputi ruangan kelas,ruang laboratorium, dan ruang auditorium (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:45)
a.    Ruang Kelas
Kelas merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas adalah tempatbagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya potensi intelektualdan emosional. Syarat-syarat kelas yang baik adalah :
1.         Rapi, bersih, sehat ,tidak lembab
2.         Cukup cahaya yang menerenginya
3.         Sirkulasi udara cukup
4.         Perabot dalam keadaan baik, cukup jumlanya, dan ditata dengan rapi
5.         Jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang
6.         Daun jendela tidak mengganggu lalu lintas
7.         Ukuran ruang kelas 8m x 7m
Terdapat beberapa syarat yang perlu diupayakan agar kelas nyaman dan menyenangkan yaitu sebagai berikut:
a)                  Penataan Ruang Kelas
Dalam penataan ruang kelas, lemari kelas dapat ditempatkan di saming papan tullis atau di samping meja guru. Lemari tambahan dapat diletakkan di belakang kelas dan lebih baik terbuat dari kaca,hal ini akan dipergunakan untuk menyimpsan piagam,vandel, dan kepustakaan sekolah.
b)                  Perlengkapan Kelas
Perlengkapan yang harus ada dan diperlukan di kelas meliputi :papan tulis dan penghapusnya, meja dan kursi guru, meja dan kursi siswa, almari kelas, jaadwal pelajaran, papan absensi, daftar piket kelas, kalender pendidikan, gambar presiden dan tempat sampah,sapu lidi, sapu ijuk, dan sapu bulu ayam, gambar lain/alat peraga, dan kapur/spidol.
·                     Papan Tulis
Ditempatkan di depan kelas yang cukup cahayanya. Hendaknya diatur, tidak terlalu tinggi dan  tidak terlalu rendah.
·                     Meja Kursi Guru
Ditempatkan di depan sebelah kananatau kiri meja para siswa, agar pandangan siswa ke papan tulis tidak terganggu.
·                     Meja Kursi Siswa
Ditata berbaris ke belakang. Meja dan kursi siswa-siswi dilengkapi dengan tempat tas atau buku.
·                     Almari Kelas
Ditempatkan di samping papan tulis , sebelah kiri atau kanan dinding, atau di samping depan sebelah meja kursi guru.
·                     Jadwal Pelajaran
Ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat.
·                     Papan Absensi
Ditempatkan di depan sebelah paapan tulis, atau pada dinding samping kanan atau kiri kelas.
·                     Daftar Piket Kelas
Ditempatkan di samping papan absensi.
·                     Kalender Pendidikan
Ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat.
·                     Gambar Presiden,Wakil Presiden,dan Lambang Garuda Pancasila
Ditempatkan di depan kelas di atas papan tulis.
b.         Ruang Laboratorium
Sekolah Dasar  yang memiliki laboraturium, agar berfungsi sebagai tempat praktik, harus ditata dengan syarat-syarat sebagai berikut :
              a.     Tata letak peralatan kelas mudah diatur sesuai dengan keperluan pada setiap saat
             b.     Diatur sedemikian rupa sehingga mudah bergerak dan mudah dimanfaatkan
              c.     Fasilitas air dan penerangan cukup tersedia
             d.     Air limbah dari saluran ruang laboraturium tidak mencemari lingkungan sekitarnya
              e.     Tersedia lemari penyimpanan untuk bahan dan alat yang tidak digunakan sehari-hari
              f.     Lantai tidak licin dan dinding sebaiknya berwarna putih
             g.     Bahan yang membahayakan harus disimpan pada tempat yang aman


c.                   Ruang Aula atau Ruang Serba Guna
Bagi sekolah yang memiliki ruang aula, agar berfungsi sebagi tempat pembelajaran, dan berfungsi juga sebagai tempat diskusi, maka ruang tersebut harus diatur dengan baik dan dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut:
a. Panggung pertunjukan
b. Ruang ganti pria/wanita secar terpisah
c. Kamar mandi/wc pria/wanita secara terpisah pula
d. Lantai harus datar dan tidak licin
e. Dinding ruang aula dilapisi oleh lapisan perendam suara
f. Bak pasir
g. Matras
2)        Pengaturan Tempat Duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka dengan posisi itu, guru sekaligus dapat mengontrol tingkah laku para peserta didiknya pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses pembelajaran. Beberapa kemungkinan dalam pengaturan tempat duduk seperti dibawah ini.
1.         Pola deret atau berbaris, berjajar
Pengaturan seperti ini adalah pengaturan yang sangat populer pada umumnya tempat duduk siswa diatur menurut tinggi pendeknya siswa pada situasi tertentu misalnya, jika ada siswa yang tidak dapat melihat jarak atau pendengaran yang agak kurang atau banyak berbuat gaduh maka orang yang seperti ini didudukkan di deretan depan, tanpa menghiraukan tinggi rendahnya siswa. Namun terdapat kelemahan dari pengaturan tempat duduk seperti ini yaitu mengurangi keleluasaan belajar siswa. Posisi guru membuat dirinya mempunyai otoritas mutlak dan memberikan pengaruh langsung yang besar pada siswa. Akhirnya siswa menjadi terlalu tergantung, tidak ada kegiatan kerja kelompok yang dapat dilakukan, dan komunikasi antarsiswa menjadi terbatas.
2.         Pola susunan kelompok
Cara ini memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan mudah antara satu dengan yang lainnya dan dapat berpindah dari satu kelompok lain secara bebas. Pola ini memudahkan siswa untuk bekerja sama dan saling menolong satu sama lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam pola ini adalah bahwa setiap kelompok hsrus ada seorang pemimpinnya, dan diatur secara bergilir sehingga setiap siswa memperoleh kesempatan untuk memimpin.
3.         Pola formasi tepal kuda
Pola ini menempatkan posisi guru berada ditentang-tengah para siswa. Pola ini di pakai jika banyak memerlukan diskusi antar siswa atau dengan guru. Pengaturan seperti ini memberi kemudahan kepada para siswa untuk saling berkomunikasi dan berkonsultasi.
4.         Pola lingkaran atau persegi
Pola pengaturan seperti ini baik juga untuk mengajar yang disajikan dengan metode diskusi. Otoritas guru sama sekali tidak berpusat dan kepemimpinan formal tidak berperan sama sekali. Hakikatnya pada pola ini biasanya tidak ada pemimpin kelompok.


3)        Ventilasi dan Pengaturan Cahaya
Suhu,ventilasi dan penerangan (kendatipun guru sulit mengaturnya karena sudah tersedia ) adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman, oleh karena itu ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.
4)        Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat di simpan di ruang kelas seperti buku belajar, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan lain sebagainyahendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiata siswa.
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk menciptakan lingkungan belajar adalah kebersihan dan kerapian. Berkaitan dengan kondisi fisik, dari yang sederhana sampai kepada yang ideal yang meliputi pengaturan ruang tempat berlangsungnya pembelajaran, pengaturan tempat duduk, serta pengaturan tempat untuk penyimpanan peralatan harus rapi dan bersih, oleh karena itu seorang guru sebaiknya membuat peraturan yang mengatur kelompok kerja yang membersihkan ruangan, menyiapkan kapur tulis, mengganti taplak meja dan sebagainya. Guru harus membagi tanggung jawab peraturan kondisi fisik itu menjadi milik siswa di kelas tersebut, dan tidak hanya dimiliki siswa di kelas tersebut, dan tidak hanya dimiliki oleh seorang guru. Siswa harus aktif dalam membuat keputusan mengenai tata ruang, dekorasi, dan sebagainya.

b.   Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio emosional akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio emosional itu meliputi hal-hal dibawah ini :
1)        Tipe kepemimpinan
Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru atau administrator akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis, tetapi di lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif. Sikap siswa yang apatis dan agresif ini yang menjadi sumber problema manajemen, baik individu atau keseluruhan.
Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter siswa hanya aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi maka semua aktifitas menjadi menurun. Aktifitas proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian guru. Tipe kepemimpinan yang cenderung pada lazier-faire biasanya tidak produktif  walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada, siswa lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam tipe kepemimpinan ini malah biasanya aktifitas siswa lebih produktif kalau gurunya tidak ada. Tipe ini cocok pada siswa yang “ innerdirected “ dimana siswa tersebut aktif, penuh kemauan, berinisiatif dan tidak selalu menunggu pengarahan.
Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan sadar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi belajar yang optimal.
Memperhatikan kekuatan dan kelemahan tipologi kepemimpinan tersebut, para guru mengembangkan asas-asas kepemimpinan yanh ditawarkan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.

Dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, guru harus menempatkan diri sebagai : modal, pengembangan, perencanaan, pembimbing, dan fasilitator.(Centra,1990)
v    Guru sebagai modal adalah guru yang tidak menuntut banyak disiplin kaku melainkan sebagai modal. Ia mengharapkan dengan permodalan yang ditampilkan dapat memberikan pengalaman dan keantusiasan belajar siswa. Tidak menekankan daya ingat, melainkan menginginkan siswa menemukan ide/gagasan baru paada akhir pembelajaran.
v    Guru sebagai pengembang adalah guru yang ahli dalam melaksanakan tugas dengan format yang benar dan tepat. Ia tidak membiarkan dan mengijinkan siswa bolos atau malas tanpa alasan yang sah. Guru seperti ini suka mengadakan penilaian terhadap segala bidang yang di kerjakan pada siswa.
v    Guru sebagai perencana adalah guru yang ahli dalam bidangnya, yang mengatur kelas sebagai tata ruang belajar. Ia memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Guru ini beranggapan bahwa para siswa belajar kepadanya karena ingin mempelajari sebanyak mungkin apa yang diketahui oleh guru.
v    Guru sebagai pembimbing adalah guru yang saling membelajarkan antara dirinya dengan sesama dengan siswanya. Dia mengajar dalam sistem sosial yang dinamis dan ia mengharapkan ada interaksi belajar antara diri dan siswanya.
v    Guru sebagai fasilitator adalah guru yang menyadari bahwa pekerjaannya merespon tujuan para siswa sekalipun tujuan itu bervariasi, ia kurang menyenangi apabila ada siswa yang mendapat kesulitan belajar. Ia banyak mendengar dan bertanya kepada siswa.
2)        Sikap Guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah lakunya siswa dan bukan membenci siswanya itu sendiri. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan satu kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.
3)        Suara Guru
Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks akan mendorong siswa memperhatikan pelajaran. Mereka akan lebih berani mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan sendiri, dan sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan siswa yang mendengarnya.
4)        Pembinaan Hubungan Baik
Pembinaan hubungan baik antara guru dan siswa adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
c.       Kondisi Organisasional
1.      Pergantian pelajaran
Untuk beberapa pelajaran mungkin ada baiknya siswa tetap berada dalam satu ruangan dan guru yang datang ke ruangan tersebut. Tetapi untuk pelajaran-pelajaran tertentu, seperti bekerja di laboratorium, olahraga, kesenian, menggambar, dan sejenisnya, siswa diharuskan pindah ruangan. Hal rutin semacam ini hendaknya diatur secara tertib. Misalnya, ada tenggang waktu bagi siswa untuk berpindah ruang. Perpindahan siswa dari satu ruang ke ruang lain dipimpin oleh ketua siswa. Ruangan-ruangan diberi tanda dengan jelas. Siswa berkewajiban membereskan ruangan dan alat perlengkapan yang telah dipakai setelah pelajaran usai. Kegiatan ini dipimpin oleh petugas piket dengan pengawasan guru.
2.      Guru berhalangan hadir
Jika suatu saat guru berhalangan hadir oleh satu atau lain sebab, maka siswa harus sudah tahu cara mengatasinya. Misalnya siswa disuruh tetap berada dalam kelas dengan tenang untuk menunggu guru selama waktu tertentu. Bila setengah waktu yang ditentukan guru pengganti juga belum datang, ketua siswa diwajibkan lapor kepada guru piket. Kemudian guru piket mengambil inisiatif untuk mengatasi kekosongan guru tersebut. Mungkin juga Kepala Sekolah yang bertugas mengisi kekosongan itu sebelum guru kelas hadir.
3.      Masalah antar siswa
Jika terjadi masalah antarsiswa yang tidak dapat diselesaikan antar mereka, ketua siswa dapat melapor kepada wali kelas untuk bersama-sama memecahkan dan mengatasi masalah tersebut. Bila pemecahannya belum tuntas diselesaikan
4.      Upacara bendera
Jadwal dan pengaturan upacara bendera harus sudah ditentukan. Pengaturan ini meliputi giliran yang bertugas baik dari pihak guru maupun dari pihak siswa. Sehingga semua sivitas tahu persis jadwal upacara, pakaian yang harus dikenakan, aturan acara upacara pengumuman sekolah, dan siapa yang harus menjadi pembina upacara yang sekaligus memberi nasehat atau pengarahan pada upacara tersebut.
5.      Kegiatan lain
Kegiatan lain yang merupakan kegiatan rutin kelas atau sekolah antara lain adalah:
a. Menanyakan kesehatan dan kehadiran siswa
b. Prosedur penyampaian informasi dari sekolah kepada guru dan siswa
c. Penyampaian peraturan sekolah yang baru
d. Kegiatan yang bersifat rekreasi dan sosial seperti pesta sekolah, pekan seni dan olah raga, hari libur, kematian anggota sivitas, ikut menanggulangi bencana alam.

d.      Kondisi Administrasi Teknik
Kondisi administrasi teknik akan turut mempengaruhi manajemen pembelajaran ke dalam kondisi administrasi teknik ini termasuk:
1.      Daftar presensi
Diadakan pengecekan secara periodik terhadap daftar presensi ini.
2.      Ruang bimbingan siswa
Ruang khusus, hendaknya tersedia yang dapat digunakan untuk keperluan bimbingan siswa yang dilakukan oleh guru, wali kelas atau guru pembimbing di sekolah.
3.      Tempat baca
Tempat baca yang dapat dimanfaatkan oleh para siswa pada waktu istirahat atau pada waktu luang, hendaknya tersedia.
4.      Tempat sampah
Tempat sampah hendaknya tersedia pada tempat khusus sehingga siswa didorong untuk membiasakan diri hidup teratur.
5.      Catatan pribadi siswa
Dengan catatan pribadi siswa, guru akan mengenal siswa secara lebih lengkap termasuk latar belakang kehidupannya. Isi catatan pribadi siswa dapat meliputi kehadiran, catatan akademik seperti hasil tes bakat, kecepatan membaca, kesehatan fisik, sikap sosial, catatan anekdotal dan sebagainya.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat dikelompokan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.
a.      Faktor intern
Faktor ini meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
1.      Faktor jasmaniah
Proses belajar seorang siswa akan terganggu jika kesehatan siswa tersebut terganggu. Selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusinng, dan ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan/kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
Demikian juga apabila siswa cacat tubuh, hal itu akan mempengaruhi belajar. Siswa akan cacat, belajarnya akan terganggu. Jika hal itu terjadi hendaknya siswa tersebut belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan dengan memberi alat bantu agar dia dapat menghindari atau mengurangi kecacatannya.



2.      Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.
a.       Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Kendatipun begitu, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang memiliki intelegensi normal dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya jika kondisi yang diciptakan mendukung terjadinya pembelajaran yang efisien dan efektif.
b.      Perhatian
Untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian penuh terhadap bahan yang dipelajarinya. Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan baik, bahan pelajaran harus diusahakan selalu menarik perhatian. Caranya antara lain ialah dengan mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya, berkualitas, aktual dan mengkaitkan bahan tersebut dengan pelajaran yang lalu, mengemukakan manfaat bagi anak baik dengan pelajaran yang sedang dibicarakan maupun dengan bahan yang akan datang, dan manfaat kelak dimasyarakat.
c.       Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Jika ada siswa kurang atau tidak berminat terhadap belajar perlu diusahakan cara membangkitkan minat tersebut. Minat dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara. Cara tersebut antara lain ialah dengan menvariasikan media pembelajaran, mengembangkan metode pembelajaran, menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa, dan mengkaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita siswa.
d.      Bakat
Peserta didik bagaikan sebuah golok, ada bagian yang runcing dan ada bagian yang tumpul (bagian punggung golok). Siswa yang memiliki bakat ibarat bagian golok yang runcing. Jika bahan pembelajaran yang dipelajari oleh siswa yang berbakat maka pelajaran itu akan cepat dikuasai, sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Dalam hal ini guru tidak bersusah payah menjelaskan berkali-kali. Lain halnya terhadap siswa yang kurang berbakat. Guru harus bersabar dan telaten melayani mereka, yaitu dengan sering berulang kali menjelaskan bahan tersebut. Dengan seringnya menjelaskan bahan akhirnya siswa tadi diharapkan dapat menguasai bahan yang diajarkan.
e.       Motif
Dalam proses belajar mengajar guru harus memperhatikan motif belajar siswa atau faktor-faktor yang mendorong belajar siswa. Dengan mengetahui latar belakang atau motif siswa belajar atau faktor-faktor yang mendorong belajar siswa, maka guru dapat mengajak para siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar.
f.       Kematangan
Kematangan merupakan tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh anggota-anggota tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus. Agar kematangan yang ada pada diri siswa dapat dikembangkan perlu diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan kematangan tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kondisi atau cara itu antara lain ialah dengan pemberian tugas yang bertingkat dan berkesinambungan dari sederhana ke kompleks.
g.      Kesiapan
Kesiapan erat kaitannya dengan kematangan. Siswa dikatakan sudah memiliki kearsipan apabila pada dirinya ada kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan oleh guru dalam proses belajar. Pembelajaran yang diikuti oleh para peserta didik yang memiliki kesiapan tinggi akan terjadi proses pembelajaran yang optimal dan hasil belajarnya pun akan lebih baik.
3.      Faktor kelelahan
Kelelahan baik jasmani ataupun rokhani dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, guru harus memberikan pengertian kepada para siswa untuk berusaha menghindari terjadinya kelelahan dalam belajarnya. Misalnya, para siswa diberi penjelasan agar mereka mengusahakan tidur dan istirahat yang cukup dan teratur mengusahakan variasi dalam belajar.

b.      Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan ke dalam faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
1.      Faktor keluarga
Para siswa yang sedang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa :
a.       Cara orang tua mendidik
b.      Relasi/hubungan antara anggota keluarga
c.       Suasana rumah
d.      Keadaan ekonomi keluarga
e.       Sikap dan perhatian orang tua
f.       Latar belakang kebudayaan orang tua
2.      Faktor sekolah
Faktor sekolah mempengaruhi belajar meliputi hal-hal yang berkaitan dengan :
a.       Metode mengajar
b.      Kurikulum
c.       Hubungan guru dengan para siswa
d.      Hubungan siswa dengan siswa
e.       Disiplin sekolah
f.       Peralatan/media pelajaran
g.      Waktu sekolah
h.      Sarana dan prasarana sekolah
i.        Metode belajar siswa
j.        Tugas sekolah
3.      Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa, yang pada akhirnya akan mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini banyak berkaitan dengan :
a.       Kegiatan siswa dalam masyarakat
b.      Mass media yang beredar/ada dalam masyarakat
c.       Pengaruh teman bergaul
d.      Pola hidup masyarakat
2.3  Mengajar yang Efektif
Mengajar adalah membimbing siswa agar mereka mengalami proses belajar. Dalam belajar para siswa menghendaki hasil belajar yang efektif. Demi tuntutan tersebut guru harus membantu dengan cara mengajar yang efektif pula.
     Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar yang efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar. Kondisi yang dimaksudkan hanya dapat terjadi apabila guru mengajar menggunakan prinsip-prinsip mengajar.
     Mursel dalam hal ini mengemukakan enam prinsip mengajar, yang apabila ke-enam prinsip mengajar itu digunakan/ditempatkan dengan sebaik-baiknya maka iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi bagi terjadinya proses belajar akan dicapai. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Konteks
Belajar, sebagian besar tergantung pada konteks belajar itu sendiri. Situasi problematis yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan melibatkan siswa menjadi peserta yang aktif, justru karena tujuan itu sendiri. Hendaknya tugas itu dinyatakan dalam kerangka suatu konteks yang sifatnya konkret, dapat ditiru dan dapat dilaksanakan dengan teratur. Selain itu, tugas tersebut dapat juga mengarah kepada penguasaan melalui pengertian dan pemahaman serta yang memungkinkan transfer dari dan ke pihak lain. Ciri-ciri konteks yang baik adalah :
1.      Dapat membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara dinamis dan kuat.
2.      Terdiri dari pengalaman yang aktual dan konkret.
3.      Pengalaman konkret yang dinamis merupakan alat untuk menyusun pengertian, bersifat sederhana dan pengalaman itu dapat ditiru untuk diulangi.

b.      Fokus
Proses pembelajaran perlu diorganisasikan dengan bahan belajar. Disamping itu pembelajaran yang penuh makna dan efektif harus diorganisasikan di sekitar suatu fokus. Pengajaran akan berhasil dengan menggunakan fokalisasi, sehingga mutu pembelajaran lebih meningkat.
Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, harus dipilih fokus yang memiliki ciri-ciri yang baik, seperti uraian berikut ini :
1.      Memobilisasi tujuan
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pengajaran harus dapat membangkitkan keinginan untuk belajar. Konteks bermaksud membangkitkan tujuan, sedangkan fokus merumuskan dan mengarahkan tujuan. Jadi fokus belajar mengajar yang baik harus mampu memobilisasi keinginan belajar.
2.      Memberi bentuk dan uniformitas pada belajar
Belajar yang efektif mempunyai ciri antara lain uniformitas (keseragaman). Keseragaman artinya terdapat koordinasi intern dari relasi-relasi yang terdapat dalam unit pelajaran itu, atau terdapat strukturalisasi sehingga dapat menimbulkan fokus yang wajar.
3.      Mengorganisasi belajar sebagai suatu proses eksplorasi dan penemuan
Fokus yang baik harus menimbulkan suatu pertanyaan yang perlu dijawab, suatu soal yang perlu dipecahkan, suatu pengertian yang harus dipahami dan digunakan. Dengan demikian, akan timbul organisasi belajar yang tepat, yang memungkinkan terjadi proses penangkapan pengertian, melihat eksplorasi dan penemuan. Seorang guru yang baik akan selalu berusaha mengajak siswa belajar melalui penemuan dan pemecahan soal atau masalah.
c.       Sosialisasi
Dalam proses belajar siswa melatih bekerja sama dalam kerja kelompok, diskusi dan sebagainya. Mereka bertanggung jawab bersama dalam proses pemecahan masalah. Tmbulnya pertanyaan, saran, dan komentar mendorong siswa untuk berpikir lebih lanjut dan berusaha memperbaiki kekurangannya. Mutu makna dan efektivitas belajar sebagian besar tergantung pada kerangka sosial tempat belajar itu sangatlah berlaku. Di sini berlaku prinsip pengajaran sosialisasi. Kondisi sosial pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses belajar yang sedang berlangsung di kelas itu.
d.      Individualisasi
Dalam mengorganisasi belajar mengajar guru memperhatikan taraf kesanggupan siswa dan merangsangnya untuk menentukan bagi dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan sebaik-baiknya. Belajar dengan penuh makna harus dilaksanakan sesuai dengan bakat dan kesanggupan serta dengan tujuan siswa sendiri dan dengan prosedur eksperimental yang berlaku. Individu yang satu berbeda dengan individu yang lain. Belajar memang harus merupakan persoalan individual, tetapi sejauh mana perbedaan cara belajar itu dari yang dilakukan oleh individu lain, hal ini perlu diketahui.


e.       Urutan
Belajar sebagai gejala tersendiri dan pada mengorganisasikannya dengan tetap berdasarkan prinsip konteks, fokalisasi, sosialisasi dan individualisasi. Namun demikian, guru juga harus mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun secara tepat menurut waktu atau urutannya. Untuk mencari garis yang memisahkan belajar yang tersendiri dari rangkaian proses belajar adalah merupakan suatu abstraksi. Tidak mungkin unti pelajaran yang satu terpisah dengan unit-unit lain. Atau beberapa unit terpisah dari keseluruhan pelajaran itu. Bila hendak mencapai belajar yang otentik, organisasi rangkaian atau urutan dari belajar dengan penuh makna harus dengan sendirinya bermakna pula.
f.       Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar maka evaluasi harus diberikan secara wajar agar tidak merugikan. Usaha belajar yang efektif dan sukses ditambah oleh evaluasi yang bermutu dan diskriminatif akan mengenai pada semua aspek belajar. Evaluasi merupakan bagian mutlak dari pengajaran sebagai unsur intergral di dalam organisasi belajar yang wajar.
Evaluasi sebagai suatu alat untuk mendapatkan cara-cara melaporkan hasil-hasil pelajaran yang dicapai dan dapat memberi laporan tentang siswa kepada siswa itu sendiri serta kepada orang tuanya. Evaluasi dapat pula digunakan untuk menilai metode mengajar yang digunakan dan untuk mendapatkan gambaran komprehensif tentang siswa sebagai perseorangan, dan dapat juga membawa siswa pada taraf belajar lebih baik.
Pembelajaran yang efektif tergantung pada prinsip-prinsip yang telah disebutkan di depan. Pembelajaran efektif tergantung pada corak kemaknaan yang penuh dari belajar itu. Prinsip-prinsip yang praktis tersebut saling berkaitan dan tidak dapat salah satunya diabaikan. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengorganisasikan proses belajar untuk mencapai taraf maksimal mengenai kemaknaan penuh, juga untuk mencapai efektifitas maksimal, serta mendapatkan hasil terbaik dan otentik.
Pembelajaran adalah suatu proses. Karena pembelajaran adalah suatu proses maka ia akan mencakup rangkaian empat tahap yaitu orientasi, latihan, umpan balik, dan lanjutan. Orientasi adalah kegiatan memberi penjelasan tentang materi/ilmu. Latihan adalah kegiatan memberi kesempatan berlatih menerapkan materi atau bahan. Umpan balik adalah kegiatan memberi pengerian tentang hasil belajar yang telah dicapai dalam proses pembelajaran. Lanjutan adalah kegiatan memberi kesempatan untuk melanjutkan kajian bahan berikutnya atau kajian bahan sebelumnya apabila berdasar umpan balik materi sebelumnya belum dikuasai.




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
a.      Kondisi dan situasi belajar mengajar ada 3 yaitu :
1.      Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan belajar seperti : Ruang tempat berlangsungnya pembelajaran (ruang kelas, laboraturium, dan auditorium), Pengaturan tempat duduk (pola berderet, susunan berkelompok, tapal kuda, lingkaran / peersegi), ventilasi dan pengaturan cahaya, dan pengaturan penyimpanan barang-barang.     
2.      Kondisi sosio-emosional : tipe kepemimpinan, sikap guru dan suara guru.  
3.      Kondisi organisasional : pergantian pelajaran, guru berhalangan hadir, masalah antarsiswa, dan upacara bendera.        
4.      Kondisi Administrasi teknik : daftar presensi, ruang bimbingan siswa, tempat baca, catatan pribadi siswa.          
b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu : 
1.      Faktor intern terdiri dari :
a.    Faktor jasmaniyah
b.    Faktor psikologis, dibagi menjadi :       
-   Intelegensi
-   Perhatian
-   Minat
-   Bakat
-   Motif
-   Kematangan
-   Kesiapan
c.    Faktor kelelahan           
2.      Faktor ekstern terdiri dari :
a.       Faktor keluarga
b.      Faktor sekolah
c.       Faktor masyarakat
c.Mengajar yang efektif, mempunyai prinsip, yaitu :
              a.     konteks
             b.     fokus
              c.     sosialisasi
             d.     individualisasi
              e.     urutan
              f.     evaluasi
3.2     Saran
Kita sebagai calon guru SD yang nantinya sebagai guru kelas diharapkan dengan mempelajari dan mengetahui pengaturan kondisi dan penciptaan iklim belajar yang menunjang, dapat menciptakan kondisi kelas baik secara fisik, sosio-emosional, organisasional, dan kondisi administrasi teknik yang menyenangkan atau memungkinkan sehingga para peserta didik dapat mencapai tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai secara efisien dan optimal.


DAFTAR PUSTAKA



Rachman, Maman. 1998/1999. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dierektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar
http://sipembunuhkarakter.blogspot.com/2011/02/manajemen-kelas_7327.html

http://nikhaastria.wordpress.com/2010/05/25/penciptaan-iklim-belajar/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar