BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Telah disadari bahwa kondisi atau suasana berpengaruh
terhadap pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu faktor penting dalam
pembelajaran adalah kondisi atau suasana belajar. Manajemen kelas tidak hanya
berupa pengaturan belajar, fasilitas fisik dan rutinitas. Tugas manajemen kelas
adalah menyiapkan kondisi kelas dan sekolah agar tercipta kenyamanan dan
suasana belajar yang efektif. Oleh karena itu, sekolah dan kelas perlu dikelola
secara baik pula.
Dalam penciptaan iklim belajar yang menunjang guru
dihadapkan kepada beberapa faktor yang dapat menjadi kendala atau pendukung
terciptanya kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar. Sebagai bekal dalam
menciptakan iklim belajar yang menunjang, guru harus memahami faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi belajar dan prinsip-prinsip mengajar yang dapat
mendukung terciptanya kondisi belajar optimal tersebut bagi terciptanya proses
belajar. Kesemuanya itu perlu dipahami oleh para guru agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
1.2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
a.
Mengapa kondisi dan situasi
belajar-mengajar berpegaruh terhadap hasil belajar?
b.
Apa sajakah faktor yang dapat
mempengaruhi belajar?
c.
Bagaimanakah cara mengajar yang efektif?
1.3.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
maka tujuan penulisan masalah ini sebagai berikut :
a.
Dapat menjelaskan alasan bahwa kondisi dan
situasi belajar-mengajar berpengaruh terhadap hasil belajar.
b.
Dapat menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar.
c.
Dapat menjelaskan cara mengajar yang
efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi
dan Situasi Belajar-Mengajar
a.
Kondisi
Fisik
Lingkungan fisik tempat
belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan
fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung tujuan pengajaran.
Guru harus menciptakan lingkungan kelas yang membantu perkembangan peserta
didik yaitu dengan teknik motivasi yang akurat, sehingga guru dapat memberikan
kontribusi iklim kelas yang sehat. Kondisi dan lingkungan yang perlu menjadi
perhatian dan kepedulian dalam menunjang terciptanya pembelajaran seperti
berikut ini.
1)
Ruangan
Tempat Berlangsungnya Pembelajaran
Ruangan tempat belajar harus
memungkinkan para peserta didik dapat bergerak leluasa,tidak
berdesak-desakkan,sehingga tidak saling mengganggu satu sama lainnya saat
aktivitas pembelajaran. Besarnya ruang kelas sangat bergantung pada berbagai hal antara lain :
Ø jenis
kegiatan (kegiatan pertemuan tatap muka klaksikal dalam kelas atau bekerja
diruang praktikum)
Ø jumlah
siswa yang melakukan kegiatan 9kegiatan bersama secra klaksikal atau kegiatan
dalam kelompok kecil). Ruang belajar yang merupakan tempat siswa dan guru
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar meliputi ruangan kelas,ruang
laboratorium, dan ruang auditorium (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:45)
a.
Ruang
Kelas
Kelas merupakan taman belajar bagi
siswa. Kelas adalah tempatbagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya
potensi intelektualdan emosional. Syarat-syarat kelas yang baik adalah :
1.
Rapi, bersih, sehat
,tidak lembab
2.
Cukup cahaya yang
menerenginya
3.
Sirkulasi udara cukup
4.
Perabot dalam keadaan
baik, cukup jumlanya, dan ditata dengan rapi
5.
Jumlah siswa tidak
lebih dari 40 orang
6.
Daun jendela tidak
mengganggu lalu lintas
7.
Ukuran ruang kelas 8m x
7m
Terdapat beberapa syarat yang perlu diupayakan agar
kelas nyaman dan menyenangkan yaitu sebagai berikut:
a)
Penataan Ruang Kelas
Dalam penataan
ruang kelas, lemari kelas dapat ditempatkan di saming papan tullis atau di
samping meja guru. Lemari tambahan dapat diletakkan di belakang kelas dan lebih
baik terbuat dari kaca,hal ini akan dipergunakan untuk menyimpsan piagam,vandel,
dan kepustakaan sekolah.
b)
Perlengkapan Kelas
Perlengkapan
yang harus ada dan diperlukan di kelas meliputi :papan tulis dan penghapusnya,
meja dan kursi guru, meja dan kursi siswa, almari kelas, jaadwal pelajaran,
papan absensi, daftar piket kelas, kalender pendidikan, gambar presiden dan
tempat sampah,sapu lidi, sapu ijuk, dan sapu bulu ayam, gambar lain/alat
peraga, dan kapur/spidol.
·
Papan Tulis
Ditempatkan di
depan kelas yang cukup cahayanya. Hendaknya diatur, tidak terlalu tinggi
dan tidak terlalu rendah.
·
Meja Kursi Guru
Ditempatkan di
depan sebelah kananatau kiri meja para siswa, agar pandangan siswa ke papan
tulis tidak terganggu.
·
Meja Kursi Siswa
Ditata berbaris
ke belakang. Meja dan kursi siswa-siswi dilengkapi dengan tempat tas atau buku.
·
Almari Kelas
Ditempatkan di
samping papan tulis , sebelah kiri atau kanan dinding, atau di samping depan
sebelah meja kursi guru.
·
Jadwal Pelajaran
Ditempatkan pada
tempat yang mudah dilihat.
·
Papan Absensi
Ditempatkan di
depan sebelah paapan tulis, atau pada dinding samping kanan atau kiri kelas.
·
Daftar Piket Kelas
Ditempatkan di
samping papan absensi.
·
Kalender Pendidikan
Ditempatkan pada
tempat yang mudah dilihat.
·
Gambar Presiden,Wakil
Presiden,dan Lambang Garuda Pancasila
Ditempatkan di
depan kelas di atas papan tulis.
b.
Ruang
Laboratorium
Sekolah
Dasar yang memiliki laboraturium, agar
berfungsi sebagai tempat praktik, harus ditata dengan syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Tata
letak peralatan kelas mudah diatur sesuai dengan keperluan pada setiap saat
b. Diatur
sedemikian rupa sehingga mudah bergerak dan mudah dimanfaatkan
c. Fasilitas
air dan penerangan cukup tersedia
d. Air
limbah dari saluran ruang laboraturium tidak mencemari lingkungan sekitarnya
e. Tersedia
lemari penyimpanan untuk bahan dan alat yang tidak digunakan sehari-hari
f. Lantai
tidak licin dan dinding sebaiknya berwarna putih
g. Bahan
yang membahayakan harus disimpan pada tempat yang aman
c.
Ruang
Aula atau Ruang Serba Guna
Bagi sekolah
yang memiliki ruang aula, agar berfungsi sebagi tempat pembelajaran, dan
berfungsi juga sebagai tempat diskusi, maka ruang tersebut harus diatur dengan
baik dan dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut:
a. Panggung
pertunjukan
b. Ruang ganti
pria/wanita secar terpisah
c. Kamar mandi/wc
pria/wanita secara terpisah pula
d. Lantai harus
datar dan tidak licin
e. Dinding ruang
aula dilapisi oleh lapisan perendam suara
f. Bak pasir
g. Matras
2)
Pengaturan
Tempat Duduk
Dalam mengatur
tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka dengan
posisi itu, guru sekaligus dapat mengontrol tingkah laku para peserta didiknya
pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses
pembelajaran. Beberapa kemungkinan dalam pengaturan tempat duduk seperti
dibawah ini.
1.
Pola
deret atau berbaris, berjajar
Pengaturan
seperti ini adalah pengaturan yang sangat populer pada umumnya tempat duduk
siswa diatur menurut tinggi pendeknya siswa pada situasi tertentu misalnya,
jika ada siswa yang tidak dapat melihat jarak atau pendengaran yang agak kurang
atau banyak berbuat gaduh maka orang yang seperti ini didudukkan di deretan
depan, tanpa menghiraukan tinggi rendahnya siswa. Namun terdapat kelemahan dari
pengaturan tempat duduk seperti ini yaitu mengurangi keleluasaan belajar siswa.
Posisi guru membuat dirinya mempunyai otoritas mutlak dan memberikan pengaruh
langsung yang besar pada siswa. Akhirnya siswa menjadi terlalu tergantung,
tidak ada kegiatan kerja kelompok yang dapat dilakukan, dan komunikasi
antarsiswa menjadi terbatas.
2.
Pola
susunan kelompok
Cara ini
memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan mudah antara satu dengan yang
lainnya dan dapat berpindah dari satu kelompok lain secara bebas. Pola ini
memudahkan siswa untuk bekerja sama dan saling menolong satu sama lain. Hal
yang perlu diperhatikan dalam pola ini adalah bahwa setiap kelompok hsrus ada
seorang pemimpinnya, dan diatur secara bergilir sehingga setiap siswa
memperoleh kesempatan untuk memimpin.
3.
Pola
formasi tepal kuda
Pola ini
menempatkan posisi guru berada ditentang-tengah para siswa. Pola ini di pakai
jika banyak memerlukan diskusi antar siswa atau dengan guru. Pengaturan seperti
ini memberi kemudahan kepada para siswa untuk saling berkomunikasi dan
berkonsultasi.
4.
Pola
lingkaran atau persegi
Pola pengaturan
seperti ini baik juga untuk mengajar yang disajikan dengan metode diskusi.
Otoritas guru sama sekali tidak berpusat dan kepemimpinan formal tidak berperan
sama sekali. Hakikatnya pada pola ini biasanya tidak ada pemimpin kelompok.
3)
Ventilasi
dan Pengaturan Cahaya
Suhu,ventilasi
dan penerangan (kendatipun guru sulit mengaturnya karena sudah tersedia )
adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman, oleh karena
itu ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.
4)
Pengaturan
Penyimpanan Barang-Barang
Barang-barang
hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera
diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar.
Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat di simpan di ruang
kelas seperti buku belajar, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan lain
sebagainyahendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak
kegiata siswa.
Hal lain yang
perlu diperhatikan untuk menciptakan lingkungan belajar adalah kebersihan dan
kerapian. Berkaitan dengan kondisi fisik, dari yang sederhana sampai kepada
yang ideal yang meliputi pengaturan ruang tempat berlangsungnya pembelajaran,
pengaturan tempat duduk, serta pengaturan tempat untuk penyimpanan peralatan
harus rapi dan bersih, oleh karena itu seorang guru sebaiknya membuat peraturan
yang mengatur kelompok kerja yang membersihkan ruangan, menyiapkan kapur tulis,
mengganti taplak meja dan sebagainya. Guru harus membagi tanggung jawab
peraturan kondisi fisik itu menjadi milik siswa di kelas tersebut, dan tidak
hanya dimiliki siswa di kelas tersebut, dan tidak hanya dimiliki oleh seorang
guru. Siswa harus aktif dalam membuat keputusan mengenai tata ruang, dekorasi,
dan sebagainya.
b.
Kondisi
Sosio-Emosional
Kondisi sosio emosional akan
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar,
kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio
emosional itu meliputi hal-hal dibawah ini :
1)
Tipe
kepemimpinan
Peranan guru dan
tipe kepemimpinan guru atau administrator akan mewarnai suasana emosional di
dalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan
sikap siswa yang submissive atau
apatis, tetapi di lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif. Sikap siswa
yang apatis dan agresif ini yang menjadi sumber problema manajemen, baik
individu atau keseluruhan.
Dengan tipe
kepemimpinan yang otoriter siswa hanya aktif kalau ada guru dan kalau guru
tidak mengawasi maka semua aktifitas menjadi menurun. Aktifitas proses belajar
mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian guru.
Tipe kepemimpinan yang cenderung pada lazier-faire biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada, siswa
lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam tipe
kepemimpinan ini malah biasanya aktifitas siswa lebih produktif kalau gurunya
tidak ada. Tipe ini cocok pada siswa yang “ innerdirected “ dimana siswa
tersebut aktif, penuh kemauan, berinisiatif dan tidak selalu menunggu
pengarahan.
Tipe
kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih
memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan sadar saling
memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim
yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi belajar yang optimal.
Memperhatikan
kekuatan dan kelemahan tipologi kepemimpinan tersebut, para guru mengembangkan
asas-asas kepemimpinan yanh ditawarkan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun
karso, tut wuri handayani.
Dalam upaya
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, guru harus menempatkan
diri sebagai : modal, pengembangan, perencanaan, pembimbing, dan
fasilitator.(Centra,1990)
v
Guru sebagai modal
adalah guru yang tidak menuntut banyak disiplin kaku melainkan sebagai modal.
Ia mengharapkan dengan permodalan yang ditampilkan dapat memberikan pengalaman
dan keantusiasan belajar siswa. Tidak menekankan daya ingat, melainkan
menginginkan siswa menemukan ide/gagasan baru paada akhir pembelajaran.
v
Guru sebagai pengembang
adalah guru yang ahli dalam melaksanakan tugas dengan format yang benar dan
tepat. Ia tidak membiarkan dan mengijinkan siswa bolos atau malas tanpa alasan
yang sah. Guru seperti ini suka mengadakan penilaian terhadap segala bidang
yang di kerjakan pada siswa.
v
Guru sebagai perencana
adalah guru yang ahli dalam bidangnya, yang mengatur kelas sebagai tata ruang
belajar. Ia memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Guru ini beranggapan bahwa
para siswa belajar kepadanya karena ingin mempelajari sebanyak mungkin apa yang
diketahui oleh guru.
v
Guru sebagai pembimbing
adalah guru yang saling membelajarkan antara dirinya dengan sesama dengan siswanya.
Dia mengajar dalam sistem sosial yang dinamis dan ia mengharapkan ada interaksi
belajar antara diri dan siswanya.
v
Guru sebagai
fasilitator adalah guru yang menyadari bahwa pekerjaannya merespon tujuan para
siswa sekalipun tujuan itu bervariasi, ia kurang menyenangi apabila ada siswa
yang mendapat kesulitan belajar. Ia banyak mendengar dan bertanya kepada siswa.
2)
Sikap
Guru
Sikap
guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap
sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa
akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah
lakunya siswa dan bukan membenci siswanya itu sendiri. Berlakulah adil dalam
bertindak. Ciptakan satu kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya
sehingga ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.
3)
Suara
Guru
Suara
yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan
kedengarannya rileks akan mendorong siswa memperhatikan pelajaran. Mereka akan
lebih berani mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan sendiri, dan
sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan siswa
yang mendengarnya.
4)
Pembinaan
Hubungan Baik
Pembinaan
hubungan baik antara guru dan siswa adalah hal yang sangat penting. Dengan
terciptanya hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira,
penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan
belajar yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada
dirinya.
c.
Kondisi
Organisasional
1. Pergantian
pelajaran
Untuk
beberapa pelajaran mungkin ada baiknya siswa tetap berada dalam satu ruangan
dan guru yang datang ke ruangan tersebut. Tetapi untuk pelajaran-pelajaran
tertentu, seperti bekerja di laboratorium, olahraga, kesenian, menggambar, dan
sejenisnya, siswa diharuskan pindah ruangan. Hal rutin semacam ini hendaknya
diatur secara tertib. Misalnya, ada tenggang waktu bagi siswa untuk berpindah
ruang. Perpindahan siswa dari satu ruang ke ruang lain dipimpin oleh ketua
siswa. Ruangan-ruangan diberi tanda dengan jelas. Siswa berkewajiban
membereskan ruangan dan alat perlengkapan yang telah dipakai setelah pelajaran
usai. Kegiatan ini dipimpin oleh petugas piket dengan pengawasan guru.
2. Guru
berhalangan hadir
Jika
suatu saat guru berhalangan hadir oleh satu atau lain sebab, maka siswa harus
sudah tahu cara mengatasinya. Misalnya siswa disuruh tetap berada dalam kelas
dengan tenang untuk menunggu guru selama waktu tertentu. Bila setengah waktu
yang ditentukan guru pengganti juga belum datang, ketua siswa diwajibkan lapor
kepada guru piket. Kemudian guru piket mengambil inisiatif untuk mengatasi
kekosongan guru tersebut. Mungkin juga Kepala Sekolah yang bertugas mengisi
kekosongan itu sebelum guru kelas hadir.
3. Masalah
antar siswa
Jika
terjadi masalah antarsiswa yang tidak dapat diselesaikan antar mereka, ketua
siswa dapat melapor kepada wali kelas untuk bersama-sama memecahkan dan
mengatasi masalah tersebut. Bila pemecahannya belum tuntas diselesaikan
4. Upacara
bendera
Jadwal
dan pengaturan upacara bendera harus sudah ditentukan. Pengaturan ini meliputi
giliran yang bertugas baik dari pihak guru maupun dari pihak siswa. Sehingga
semua sivitas tahu persis jadwal upacara, pakaian yang harus dikenakan, aturan
acara upacara pengumuman sekolah, dan siapa yang harus menjadi pembina upacara
yang sekaligus memberi nasehat atau pengarahan pada upacara tersebut.
5. Kegiatan
lain
Kegiatan
lain yang merupakan kegiatan rutin kelas atau sekolah antara lain adalah:
a.
Menanyakan kesehatan dan kehadiran siswa
b.
Prosedur penyampaian informasi dari sekolah kepada guru dan siswa
c.
Penyampaian peraturan sekolah yang baru
d.
Kegiatan yang bersifat rekreasi dan sosial seperti pesta sekolah, pekan seni
dan olah raga, hari libur, kematian anggota sivitas, ikut menanggulangi bencana
alam.
d.
Kondisi
Administrasi Teknik
Kondisi administrasi teknik akan
turut mempengaruhi manajemen pembelajaran ke dalam kondisi administrasi teknik
ini termasuk:
1. Daftar presensi
Diadakan pengecekan secara periodik
terhadap daftar presensi ini.
2. Ruang bimbingan siswa
Ruang khusus, hendaknya tersedia
yang dapat digunakan untuk keperluan bimbingan siswa yang dilakukan oleh guru,
wali kelas atau guru pembimbing di sekolah.
3. Tempat baca
Tempat baca yang dapat dimanfaatkan
oleh para siswa pada waktu istirahat atau pada waktu luang, hendaknya tersedia.
4. Tempat sampah
Tempat sampah hendaknya tersedia
pada tempat khusus sehingga siswa didorong untuk membiasakan diri hidup
teratur.
5. Catatan pribadi siswa
Dengan catatan pribadi siswa, guru
akan mengenal siswa secara lebih lengkap termasuk latar belakang kehidupannya.
Isi catatan pribadi siswa dapat meliputi kehadiran, catatan akademik seperti
hasil tes bakat, kecepatan membaca, kesehatan fisik, sikap sosial, catatan anekdotal
dan sebagainya.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat dikelompokan menjadi
dua golongan, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang
ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah
faktor yang ada diluar individu.
a.
Faktor
intern
Faktor
ini meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
1.
Faktor
jasmaniah
Proses belajar
seorang siswa akan terganggu jika kesehatan siswa tersebut terganggu. Selain
itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusinng, dan ngantuk
jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan/kelainan fungsi alat
inderanya serta tubuhnya.
Demikian juga
apabila siswa cacat tubuh, hal itu akan mempengaruhi belajar. Siswa akan cacat,
belajarnya akan terganggu. Jika hal itu terjadi hendaknya siswa tersebut
belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan dengan memberi alat
bantu agar dia dapat menghindari atau mengurangi kecacatannya.
2.
Faktor
Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor
yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar.
Faktor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kelelahan.
a. Intelegensi
Intelegensi besar
pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang
mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa
yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Kendatipun begitu, siswa yang
mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam
belajarnya. Hal ini disebabkan belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan
banyak faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang memiliki intelegensi normal
dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya jika kondisi yang diciptakan
mendukung terjadinya pembelajaran yang efisien dan efektif.
b. Perhatian
Untuk menjamin hasil
belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian penuh terhadap bahan yang
dipelajarinya. Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan baik,
bahan pelajaran harus diusahakan selalu menarik perhatian. Caranya antara lain
ialah dengan mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya,
berkualitas, aktual dan mengkaitkan bahan tersebut dengan pelajaran yang lalu,
mengemukakan manfaat bagi anak baik dengan pelajaran yang sedang dibicarakan
maupun dengan bahan yang akan datang, dan manfaat kelak dimasyarakat.
c. Minat
Minat besar pengaruhnya
terhadap belajar anak. Bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
minat siswa, siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Jika ada siswa
kurang atau tidak berminat terhadap belajar perlu diusahakan cara membangkitkan
minat tersebut. Minat dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara. Cara tersebut
antara lain ialah dengan menvariasikan media pembelajaran, mengembangkan metode
pembelajaran, menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan
siswa, dan mengkaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita siswa.
d. Bakat
Peserta didik bagaikan
sebuah golok, ada bagian yang runcing dan ada bagian yang tumpul (bagian
punggung golok). Siswa yang memiliki bakat ibarat bagian golok yang runcing.
Jika bahan pembelajaran yang dipelajari oleh siswa yang berbakat maka pelajaran
itu akan cepat dikuasai, sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Dalam
hal ini guru tidak bersusah payah menjelaskan berkali-kali. Lain halnya
terhadap siswa yang kurang berbakat. Guru harus bersabar dan telaten melayani
mereka, yaitu dengan sering berulang kali menjelaskan bahan tersebut. Dengan
seringnya menjelaskan bahan akhirnya siswa tadi diharapkan dapat menguasai
bahan yang diajarkan.
e. Motif
Dalam proses belajar
mengajar guru harus memperhatikan motif belajar siswa atau faktor-faktor yang
mendorong belajar siswa. Dengan mengetahui latar belakang atau motif siswa
belajar atau faktor-faktor yang mendorong belajar siswa, maka guru dapat
mengajak para siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan
melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar.
f. Kematangan
Kematangan merupakan
tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang. Hal ini antara lain ditunjukkan
oleh anggota-anggota tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus.
Agar kematangan yang ada pada diri siswa dapat dikembangkan perlu diciptakan
suatu kondisi yang memungkinkan kematangan tersebut dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Kondisi atau cara itu antara lain ialah dengan pemberian tugas
yang bertingkat dan berkesinambungan dari sederhana ke kompleks.
g. Kesiapan
Kesiapan erat kaitannya
dengan kematangan. Siswa dikatakan sudah memiliki kearsipan apabila pada
dirinya ada kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu
diperhatikan oleh guru dalam proses belajar. Pembelajaran yang diikuti oleh
para peserta didik yang memiliki kesiapan tinggi akan terjadi proses
pembelajaran yang optimal dan hasil belajarnya pun akan lebih baik.
3.
Faktor
kelelahan
Kelelahan baik
jasmani ataupun rokhani dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena
itu, guru harus memberikan pengertian kepada para siswa untuk berusaha
menghindari terjadinya kelelahan dalam belajarnya. Misalnya, para siswa diberi
penjelasan agar mereka mengusahakan tidur dan istirahat yang cukup dan teratur
mengusahakan variasi dalam belajar.
b.
Faktor
Ekstern
Faktor
ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan ke dalam faktor
keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
1.
Faktor
keluarga
Para siswa yang sedang belajar akan
menerima pengaruh dari keluarga berupa :
a. Cara
orang tua mendidik
b. Relasi/hubungan
antara anggota keluarga
c. Suasana
rumah
d. Keadaan
ekonomi keluarga
e. Sikap
dan perhatian orang tua
f. Latar
belakang kebudayaan orang tua
2.
Faktor
sekolah
Faktor sekolah mempengaruhi belajar
meliputi hal-hal yang berkaitan dengan :
a. Metode
mengajar
b. Kurikulum
c. Hubungan
guru dengan para siswa
d. Hubungan
siswa dengan siswa
e. Disiplin
sekolah
f. Peralatan/media
pelajaran
g. Waktu
sekolah
h. Sarana
dan prasarana sekolah
i.
Metode belajar siswa
j.
Tugas sekolah
3.
Faktor
masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern
yang juga berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa, yang pada akhirnya
akan mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh tersebut
terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini banyak
berkaitan dengan :
a. Kegiatan
siswa dalam masyarakat
b. Mass
media yang beredar/ada dalam masyarakat
c. Pengaruh
teman bergaul
d. Pola
hidup masyarakat
2.3 Mengajar
yang Efektif
Mengajar adalah
membimbing siswa agar mereka mengalami proses belajar. Dalam belajar para siswa
menghendaki hasil belajar yang efektif. Demi tuntutan tersebut guru harus
membantu dengan cara mengajar yang efektif pula.
Mengajar
efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar yang efektif. Untuk dapat
mengajar secara efektif guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang
menunjang terciptanya kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar.
Kondisi yang dimaksudkan hanya dapat terjadi apabila guru mengajar menggunakan
prinsip-prinsip mengajar.
Mursel
dalam hal ini mengemukakan enam prinsip mengajar, yang apabila ke-enam prinsip
mengajar itu digunakan/ditempatkan dengan sebaik-baiknya maka iklim belajar
yang menunjang terciptanya kondisi bagi terjadinya proses belajar akan dicapai.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a. Konteks
Belajar,
sebagian besar tergantung pada konteks belajar itu sendiri. Situasi problematis
yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks
yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan melibatkan siswa menjadi
peserta yang aktif, justru karena tujuan itu sendiri. Hendaknya tugas itu
dinyatakan dalam kerangka suatu konteks yang sifatnya konkret, dapat ditiru dan
dapat dilaksanakan dengan teratur. Selain itu, tugas tersebut dapat juga
mengarah kepada penguasaan melalui pengertian dan pemahaman serta yang
memungkinkan transfer dari dan ke pihak lain. Ciri-ciri konteks yang baik
adalah :
1. Dapat
membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara dinamis dan kuat.
2. Terdiri
dari pengalaman yang aktual dan konkret.
3. Pengalaman
konkret yang dinamis merupakan alat untuk menyusun pengertian, bersifat
sederhana dan pengalaman itu dapat ditiru untuk diulangi.
b. Fokus
Proses
pembelajaran perlu diorganisasikan dengan bahan belajar. Disamping itu
pembelajaran yang penuh makna dan efektif harus diorganisasikan di sekitar
suatu fokus. Pengajaran akan berhasil dengan menggunakan fokalisasi, sehingga
mutu pembelajaran lebih meningkat.
Untuk mencapai pembelajaran yang
efektif, harus dipilih fokus yang memiliki ciri-ciri yang baik, seperti uraian
berikut ini :
1. Memobilisasi
tujuan
Untuk mendapatkan hasil yang
optimal, pengajaran harus dapat membangkitkan keinginan untuk belajar. Konteks
bermaksud membangkitkan tujuan, sedangkan fokus merumuskan dan mengarahkan
tujuan. Jadi fokus belajar mengajar yang baik harus mampu memobilisasi
keinginan belajar.
2. Memberi
bentuk dan uniformitas pada belajar
Belajar yang efektif mempunyai ciri
antara lain uniformitas (keseragaman). Keseragaman artinya terdapat koordinasi
intern dari relasi-relasi yang terdapat dalam unit pelajaran itu, atau terdapat
strukturalisasi sehingga dapat menimbulkan fokus yang wajar.
3. Mengorganisasi
belajar sebagai suatu proses eksplorasi dan penemuan
Fokus yang baik harus menimbulkan
suatu pertanyaan yang perlu dijawab, suatu soal yang perlu dipecahkan, suatu
pengertian yang harus dipahami dan digunakan. Dengan demikian, akan timbul
organisasi belajar yang tepat, yang memungkinkan terjadi proses penangkapan
pengertian, melihat eksplorasi dan penemuan. Seorang guru yang baik akan selalu
berusaha mengajak siswa belajar melalui penemuan dan pemecahan soal atau
masalah.
c. Sosialisasi
Dalam proses
belajar siswa melatih bekerja sama dalam kerja kelompok, diskusi dan
sebagainya. Mereka bertanggung jawab bersama dalam proses pemecahan masalah.
Tmbulnya pertanyaan, saran, dan komentar mendorong siswa untuk berpikir lebih
lanjut dan berusaha memperbaiki kekurangannya. Mutu makna dan efektivitas
belajar sebagian besar tergantung pada kerangka sosial tempat belajar itu
sangatlah berlaku. Di sini berlaku prinsip pengajaran sosialisasi. Kondisi
sosial pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses belajar yang
sedang berlangsung di kelas itu.
d. Individualisasi
Dalam
mengorganisasi belajar mengajar guru memperhatikan taraf kesanggupan siswa dan
merangsangnya untuk menentukan bagi dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan
sebaik-baiknya. Belajar dengan penuh makna harus dilaksanakan sesuai dengan
bakat dan kesanggupan serta dengan tujuan siswa sendiri dan dengan prosedur
eksperimental yang berlaku. Individu yang satu berbeda dengan individu yang
lain. Belajar memang harus merupakan persoalan individual, tetapi sejauh mana
perbedaan cara belajar itu dari yang dilakukan oleh individu lain, hal ini
perlu diketahui.
e. Urutan
Belajar sebagai
gejala tersendiri dan pada mengorganisasikannya dengan tetap berdasarkan
prinsip konteks, fokalisasi, sosialisasi dan individualisasi. Namun demikian,
guru juga harus mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang
disusun secara tepat menurut waktu atau urutannya. Untuk mencari garis yang
memisahkan belajar yang tersendiri dari rangkaian proses belajar adalah
merupakan suatu abstraksi. Tidak mungkin unti pelajaran yang satu terpisah
dengan unit-unit lain. Atau beberapa unit terpisah dari keseluruhan pelajaran
itu. Bila hendak mencapai belajar yang otentik, organisasi rangkaian atau
urutan dari belajar dengan penuh makna harus dengan sendirinya bermakna pula.
f. Evaluasi
Evaluasi
dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui
kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi tidak
mungkin dipisahkan dari belajar maka evaluasi harus diberikan secara wajar agar
tidak merugikan. Usaha belajar yang efektif dan sukses ditambah oleh evaluasi
yang bermutu dan diskriminatif akan mengenai pada semua aspek belajar. Evaluasi
merupakan bagian mutlak dari pengajaran sebagai unsur intergral di dalam
organisasi belajar yang wajar.
Evaluasi sebagai
suatu alat untuk mendapatkan cara-cara melaporkan hasil-hasil pelajaran yang
dicapai dan dapat memberi laporan tentang siswa kepada siswa itu sendiri serta
kepada orang tuanya. Evaluasi dapat pula digunakan untuk menilai metode
mengajar yang digunakan dan untuk mendapatkan gambaran komprehensif tentang
siswa sebagai perseorangan, dan dapat juga membawa siswa pada taraf belajar
lebih baik.
Pembelajaran
yang efektif tergantung pada prinsip-prinsip yang telah disebutkan di depan.
Pembelajaran efektif tergantung pada corak kemaknaan yang penuh dari belajar
itu. Prinsip-prinsip yang praktis tersebut saling berkaitan dan tidak dapat
salah satunya diabaikan. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengorganisasikan
proses belajar untuk mencapai taraf maksimal mengenai kemaknaan penuh, juga
untuk mencapai efektifitas maksimal, serta mendapatkan hasil terbaik dan
otentik.
Pembelajaran
adalah suatu proses. Karena pembelajaran adalah suatu proses maka ia akan
mencakup rangkaian empat tahap yaitu orientasi, latihan, umpan balik, dan
lanjutan. Orientasi adalah kegiatan memberi penjelasan tentang materi/ilmu.
Latihan adalah kegiatan memberi kesempatan berlatih menerapkan materi atau
bahan. Umpan balik adalah kegiatan memberi pengerian tentang hasil belajar yang
telah dicapai dalam proses pembelajaran. Lanjutan adalah kegiatan memberi
kesempatan untuk melanjutkan kajian bahan berikutnya atau kajian bahan
sebelumnya apabila berdasar umpan balik materi sebelumnya belum dikuasai.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
a.
Kondisi
dan situasi belajar mengajar ada 3 yaitu :
1.
Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung
meningkatnya intensitas pembelajaran siswa dan mempunyai pengaruh positif
terhadap pencapaian tujuan belajar seperti : Ruang tempat berlangsungnya
pembelajaran (ruang kelas, laboraturium, dan auditorium), Pengaturan tempat duduk
(pola berderet, susunan berkelompok, tapal kuda, lingkaran / peersegi),
ventilasi dan pengaturan cahaya, dan pengaturan penyimpanan barang-barang.
2.
Kondisi sosio-emosional
: tipe kepemimpinan, sikap guru dan suara guru.
3.
Kondisi organisasional
: pergantian pelajaran, guru berhalangan hadir, masalah antarsiswa, dan upacara
bendera.
4.
Kondisi Administrasi
teknik : daftar presensi, ruang bimbingan siswa, tempat baca, catatan pribadi
siswa.
b.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar, yaitu :
1.
Faktor intern terdiri dari :
a.
Faktor jasmaniyah
b.
Faktor psikologis, dibagi menjadi :
-
Intelegensi
-
Perhatian
-
Minat
-
Bakat
-
Motif
-
Kematangan
-
Kesiapan
c.
Faktor kelelahan
2.
Faktor ekstern terdiri dari :
a.
Faktor keluarga
b.
Faktor sekolah
c.
Faktor masyarakat
c.Mengajar yang efektif, mempunyai
prinsip, yaitu :
a. konteks
b. fokus
c. sosialisasi
d. individualisasi
e. urutan
f. evaluasi
3.2 Saran
Kita sebagai calon guru SD
yang nantinya sebagai guru kelas diharapkan dengan mempelajari dan mengetahui
pengaturan kondisi dan penciptaan iklim belajar yang menunjang, dapat
menciptakan kondisi kelas baik secara fisik, sosio-emosional, organisasional,
dan kondisi administrasi teknik yang menyenangkan atau memungkinkan sehingga
para peserta didik dapat mencapai tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai
secara efisien dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Rachman, Maman. 1998/1999.
Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dierektorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar
http://sipembunuhkarakter.blogspot.com/2011/02/manajemen-kelas_7327.html
http://nikhaastria.wordpress.com/2010/05/25/penciptaan-iklim-belajar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar